Info Haji 2023

Hasan Tata Abas, Warga Indonesia Jadi Asisten Imam Masjid Nabawi

Hasan Tata Abas, Warga Indonesia Jadi Asisten Imam Masjid Nabawi
Hasan Tata Abas, Warga Indonesia Jadi Asisten Imam Masjid Nabawi (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Madinah - Penampilannya sederhana, ramah, dan mudah senyum. Dia adalah Hasan Tata Abas, pria asal Banten ini merupakan orang Indonesia yang terpilih menjadi asisten salah satu Imam Masjid Nabawi di Kota Suci Madinah sejak 2004.

Sebelum ke Madinah, ia terlebih dahulu nyantri di salah satu pondok pesantren di Padeglang, Banten. Usai tamat, kemudian ia melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Madinah (UIM) dengan program beasiswa.

Ia mengaku sehari-harinya bertugas membantu dan melayani Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim, satu dari tujuh Imam Masjid Nabawi mulai dari menyiapkan ruangan, menyediakan makan, minum dan sebagainya.

Tak hanya itu, ia juga kerap menemani sang Imam menjamu para tamunya. Mulai dari menyajikan qohwah atau teh campuran rempah-rempah, minuman khas Arab Saudi bagi tamu dan syekh.

"Kalau syekh lagi menyusun kitab-kitab, saya yang menyiapkan minumnya. Kalau ada tamu saya yang bawakan oleh-oleh untuk tamu beliau ke mobil, saya yang mikul. Menyediakan dan menyiapkan kantor beliau, ya saya yang mengelap dan sebagainya," katanya, Rabu (7/6).

Sebagai asisten, ia mengaku bekerja dari Subuh hingga Isya. Sejak pagi memulai aktivitasnya di Maarots Kadimiyah Masjid Nabawi yang lokasinya tepat di depan pintu 309. Menjelang sore setelah Ashar, kemudian pindah ke Masjid Nabawi.

Kata dia, tidak pernah menyangka bisa menjadi asisten Imam Masjid Nabawi. Sementara diterima sebagai asisten Masjid Nabawi, melamar kerja di Arab Saudi lewat Kafil (sponsor) bin Laden Group untuk ditempatkan di Masjid Nabawi. Bersama 47 peserta lainnya dari berbagai negara di dunia, Hasan menjalani seleksi dan wawancara.

"Saat itu, syekh membutuhkan tenaga asisten. Saya ikut interview qodarulloh diterima. Alhamdulillah Allah menghendaki. Salah satu penunjang untuk bisa lolos adalah hapal 30 juz Al Qur'an meski tidak harus. Terpenting itu kesopanan dan akhlak. Sementara kita orang timur kesopanan tidak dibuat-buat, kesopanan sudah tradisi," ucapnya.

Meski menjadi pelayan, Hasan mengaku bangga dengan tugasnya. Selain bisa dekat dengan ulama-ulama besar, dirinya juga bisa salat kapan pun di Masjid Nabawi. Termasuk mengunjungi Raudhah.

Apalagi hadis Nabi Muhammad SAW menyatakan, orang yang melaksanakan salat di Masjid Nabawi diganjar pahala 1.000 kali lipat dibandingkan salat di tempat biasa.

"Saya sering menangis ya Allah saya ini warga Indonesia, orang kecil, orang bodoh ya. Di Indonesia saya itu tidur juga di pondok bambu, salat juga di musala kampung, saya merantau ke Arab Saudi, Allah beri kesempatan saya berkumpul sama orang-orang sholeh setingkat sahabat Rosulullah. Itu yang bikin saya nangis bahagia," bebernya.

Di zaman Rosulullah, orang seperti dirinya sama seperti orang baduy yang menyediakan air untuk wudhu dan membersihkan di masjid. Kebahagiaan lainnya adalah dimakamkan di pemakaman Baqi.

"Kalau saya meninggal, ditakdirkan meninggal di Madinah saya dapat hadiah di makamkan di Baqi," harapnya.

Ia mengaku selama menjadi asisten Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim, dirinya seringkali bertemu dan melayani para ulama besar tidak hanya Imam Masjid Nabawi tapi juga Imam Masjidil Haram.

"Kadang yang bikin saya nangis terharu juga kalau pas Syekh Haromain ini ijtima di Masjid Nabawi. Dari Masjidilharam datang ke sini ijtima yang menyuguhi beliau-beliau yang mulia itu saya. Nah saat beliau-beliau lagi ijtima musyawarah saya di belakang beliau menunggu panggilan," ucapnya.

Selain kerap bertemu para ulama, dirinya juga beberapa kali mengalami kejadian yang sulit diterima oleh nalar.

"Pernah ada yang bertamu ke Syekh dengan berpakaian lusuh. Tadinya sempat dilarang oleh protokol tapi dipersilakan masuk oleh syekh. Sampai ke dalam enggak berbicara cuma diam," ujarnya.

Saat itu, dirinya sempat menyuguhkan makan dan minum. Namun sajian yang dihidangkan tidak disentuh.

"Pakaiannya lusuh, enggak putih, bersih tapi baunya harum, wangi sekali. Syekh enggak bilang apakah dia malaikat atau golongan manusia enggak tahu. Cuma dikatakan kekasih Allah," pungkasnya.

(KAH/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi