Pentingnya Gadget Sehat di Era Gen Z

Pentingnya Gadget Sehat di Era Gen Z
Insiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof. Dr. dr. Ridha Dharmajaya Sp BS (K) (Analisadaily/Jafar Wijaya)

Analisadaily.com, Medan - Insiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof. Dr. dr. Ridha Dharmajaya Sp BS (K) memaparkan pentingnya gadget sehat di Era Gen Z. Yang mana era Gen Z (1997-2012) atau usia 11 hingga 26 tahun perkembangan gadget atau smart phone sudah sangat luar biasa.

Di mana informasi mudah dan cepat diperoleh serta disebarluaskan dengan menggunakan teknologi digital.

"Namun ada juga ancaman di tengah perkembangan gadget terhadap Gen Z yakni dari sisi fisik," ucap Prof Ridha saat menyampaikan paparannya di acara Seminar Kesehatan Scora Pema FK USU, Sabtu (23/9).

Prof Ridha menyebutkan jika usia muda saat ini sudah banyak mengalami kerusakan saraf tulang belakang leher. Dengan gejala awalnya pundak berat, leher pegal, tangan kesemutan dan bangun tidur tidak segar.

"Jika ini terus berlanjut maka yang terjadi adalah kematian saraf leher. Ini sangat berbahaya karena yang bakal terjadi kelumpuhan tangan dan kaki, seksualitas hilang untuk lelaki, dan buang air kecil dan besar loss atau tidak terasa. Tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang mengembalikan," tuturnya.

Hal itu ditenggarai penggunaan gadget yang salah. Yakni saat terjadinya tekukan pada leher yang akan menanggung beban cukup berat dan berlangsung dalam waktu yang lama.

"Bayangkan jika ini terus terjadi tak hanya sehari, sebulan bahkan bertahun. Inilah alasan hadirnya gerakan gadget sehat indonesia. Kita tidak ingin melihat generasi kita lahir dengan kondisi cacat," terang Prof Ridha.

Tak hanya fisik, penggunaan gadget yang salah juga mempengaruhi mental seseorang. Yang paling sering terjadi adalah persepsi realitas yang berubah yang banyak dialami anak remaja.

"Contoh kasus Mario Dandy anak pejabat pajak yang viral setelah memukul dan memijak temannya. Nah, kalau di game online yang dimainkannya, musuh yang dipukul dan dipijak akan bangkit kembali. Tapi kalau realitasnya, korban (David Ozora) yang mendapatkan kekerasan justru terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit. Itu disebabkan persepsi realitas si Mario Dandy berubah," ungkap Prof Ridha.

Begitu juga terjadinya hubungan seksual dengan teman di luar nikah.

"Sejauh ini para remaja menganggapnya itu sesuatu yang normal atau wajar karena di media sosial itu yang biasa dilihatnya, jadi ada persepsi realitas yang berubah dialami oleh remaja," ucapnya.

Untuk itu, Prof Ridha mengajak para generasi muda terkhusus Gen Z agar lebih bijak dalam penggunaan gadget ataupun smartphone agar terhindar dari kelumpuhan dan juga tak merusak mentalnya.

Adapun kegiatan seminar Scora Pema FK USU diikuti puluhan pelajar dari beberapa sekolah menengah atas di Kota Medan.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi