Edukasi Gadget Sehat Demi Wujudkan Indonesia Emas 2045

Edukasi Gadget Sehat Demi Wujudkan Indonesia Emas 2045
Prof Ridha (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Aceh - Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) melanjutkan roadshow di kota ke 16 nya, dan Aceh menjadi lokasi kampanye gadget kali ini.

Pada kedatangannya di kota tersebut, Prof.Dr.dr. Ridha Dharmajaya Sp BS (K) sebagai inisiator GGSI mengawali kunjungannya di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumoh Seujahtera Aneuk Naggroe (UPTD-RSAN), pada Minggu (12/11/2023) sore.

Di depan puluhan anak dampingan Dinas Sosial Aceh tersebut, Prof Ridha memaparkan bahaya gadget yang tidak tepat baik secara posisi dan durasi.

Penggunaan gadget yang tidak tepat lanjuta Prof Ridha akan berakibat terhadap kelumpuhan atau kecacatan. Alhasil, bonus demografi di mana usia produktifnya jauh lebih tinggi di kisaran angka 75 persen yang tengah dihadapi Indonesia saat ini justru bisa berujung menjadi bencana demografi.

"Sehingga niat menuju Indonesia Emas 2045 tentunya tidak akan bisa terwujud. Untuk itu perlu disampaikan ke adik-adik bahwa gadget yang pada fungsinya sangat baik dalam penyerapan informasi namun juga memiliki dampak yang buruk untuk kesehatan fisik dan mental jika tidak bijak dalam pemanfaatannya," terang Prof Ridha yang juga berstatus sebagai dokter ahli spsesialis bedah saraf itu.

Di mana Prof Ridha menjelaskan ada dua faktor penyebab penggunaan gadget yang bisa mengakibatkan dampak negatif. Yakni, posisi dan durasi.

"Jika menggunakan gadget dengan posisi yang meyebabkan adanya tekukan pada leher, maka akan ada beban yang ditanggung. Semakin dalam tekukan itu, maka akan semakin berat beban yang ditanggung leher," terang Guru Besar Fakultas Kedokteran USU itu.

Jika ini berlangsung singkat atau hanya beberapa menit lanjut Prof Ridha, hal itu tidak begitu berdampak.

"Tapi jika tekukan itu terjadi lebih dari dua jam dan secara terus menerus, ini menjadi masalah. Maka akan terjadi gangguan yakni saraf kejepit pada bagian leher. Gejalanya yakni berat di pundak, leher pegal, tangan kesemutan, dan bangun tidur tidak segar," ujarnya.

Dulunya gejala ini ungkap Prof Ridha, sering dirasakan orang tua usia 60 tahun ke atas, tapi sekarang mulai dirasakan remaja baik tingkat SMA, SMP bahkan anak SD.

"Parahnya lagi, jika gejala awal itu diabaikan dan terus menggunakan gadget dengan posisi yang salah dan dalam durasi waktu yang lama maka yang terjadi adalah kematian saraf," ucapnya lagi.

Kematian saraf ini ungkap Prof Ridha jauh lebih berbahaya dan berujung cacat dengan gejala yang dialami adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil loss atau tidak terasa dan seksualitas bagi kaum lelaki hilang.

"Jika seperti ini maka tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang bisa mengembalikan," sebutnya.

Sehingga yang terjadi, 5 hingga 10 tahun ke depan Indonesia akan melahirkan generasi yang cacat. Untuk itulah dirinya menganggap pentingnya gerakan gadget sehat hadir di Indonesia dalam upaya menyelamatkan generasi muda dari situasi bonus demografi.

"Sekali lagi saya ajak agar memanfaatkan bonus demografi agar Indonesia bisa masuk jajaran lima besar dunia dan tujuan mulia penyelamatan generasi bangsa menuju Indonesia Emas 2045 bisa terwujud," harap Prof Ridha.

Harapan yang sama juga disampaikan Kepala UPTD RSAN, Michael Octaviano S.STP. Dirinya menganggap gadget memiliki sisi negatif terutama kesehatan fisik dan mental jika tidak bijak dalam penggunaannya.

"Bukan berarti tidak boleh menggunakan gadgetnya. Tapi ada hal yang harus diikuti sebagai pedoman agar gadget ini tidak membahayakan kita," ujarnya.

Untuk itu dirinya berharap puluhan anak yang terdampak permasalahan sosial yang menjadi anak asuhnya di bawah dampingan dinas sosial Aceh itu bisa mengambil manfaat atas kegiatan penyuluhan yang disampaikan Prof Ridha.

"Ambil ilmunya dan ini akan bermanfaat bagi anak-anak sekalian agar ke depan menjadi generasi emas yakni generasi berkualitas, generasi sehat, pintar dan berahlakul mulia," harapnya.

Usai UPTD RSAN, Prof Ridha juga akan melanjutkan kunjungannya di Universitas Muhammadiyah Aceh dan juga sekretariat PGRI Aceh Besar.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi