Bersama Aktivis IMM UINSU, Prof Ridha Yakin Mahasiswa Bisa Kendalikan Gadgetnya

Bersama Aktivis IMM UINSU, Prof Ridha Yakin Mahasiswa Bisa Kendalikan Gadgetnya
Prof Ridha (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Bersama sejumlah mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), Prof.Dr.dr Ridha Sp BS (K) selaku inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), kembali ingatkan bahaya penggunaan gadget yang tidak tepat.

Kendati guru besar Fakultas Kedokteran USU itu yakin jika para mahasiswa yang juga seorang aktivis muslim ini mampu mengendalikan gadgetnya, namun tetap penting baginya mengingatkan bahaya penggunaan gadget yang tidak tepat baik secara posisi dan juga durasi.

"Adik-adik adalah aktivis. Kalau mahasiswa agent of change, kalau adik-adik adalah leader of change, pemimpin yang bisa membuat perubahan. Saya yakin adik-adik bisa mengontrol gadgetnya bukan dikontrol," ucap Prof Ridha saat mengisi materi gadget sehat di kampus UINSU, Kamis (16/11).

Menyinggung bahaya gadget yang tidak tepat sambung Prof Ridha, dirinya menyebutkan ada ancaman yang terus mengintai generasi muda terutama dari dampak fisik. Jika hal itu tidak diantisipasi maka niatan menuju Indonesia Emas 2045 tentu tak akan terwujud.

Yang mana menurutnya, posisi penggunaan gadget yang kurang tepat dan juga durasi yang berlebihan, akan mengakibatkan banyak generasi muda mengalami saraf kejepit pada bagian leher.

"Gejalanya ini sering kesemutan pada tangan dan kaki, kepala pusing, pundak berat, leher sakit, dan bangun tidur tidak segar. Dan ini biasanya sering dialami orang tua usia 60 tahun ke atas. Tapi sekarang kondisi ini sudah mulai dirasakan generasi muda dari tingkat SMA, SMP bahkan anak SD," ucapnya.

Tentu saja dirinya mengaku khawair akan fenomena yang mulai ditemuinya sejak pandemi Covid-19 2020 silam. Berangkat dari kekhawatiran itu jugalah GGSI hadir di Indonesia untuk menyelamatkan generasi muda termasuk para mahasiswa.

"Kita merasa khawatir adik-adik ke depan terancam akibat penggunaan gadget yang tidak tepat tadi. Apalagi jika gejala awal yang tadi disebutkan dibiarkan saja tanpa dicegah bahkan terus berlangsung untuk waktu yang lama maka akan berdampak terhadap kematian saraf," ungkap pria yang juga berpofesi sebagai dokter ahli bedah saraf itu.

Jika kondisi itu menimpa generasi muda, sambung Prof Ridha lagi, maka yang terjadi adalah kelumpuhan.

"Ini horor. Jika saraf sudah mati maka yang terjadi adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil dan besar tidak terasa atau loss dan seksual bagi lelaki hilang. Tidak ada lagi obat yang bisa menyembuhkan dan tak ada operasi yang bisa mengembalikan," tuturnya.

Padahal sambung Prof Ridha, Indonesia saat ini mengalami situasi bonus demografi dimana usia produktifnya jauh lebih besar dari usia non produktif.

Jika tidak dimanfaatkan dengan baik dan membiarkan perilaku penggunaan gadget yang salah terus menerus, maka menurut Prof Ridha, bonus demografi yang dinantikan justru akan menjadi bencana demografi dengan melahirkan generasi cacat.

"Tentu saja cita-cita bangsa ini melahirkan generasi emas menuju 2045 akan sia-sia," ungkapnya.

Untuk itu Prof Ridha mengajak seluruh mahasiswa UINSU terkhusus anggota IMM Fakultas Dakwah dan Komunikasi agar gadget tidak menjadi alat yang bisa mempengaruhi dan menjurus ke arah negatif.

"Jangan karena gadget justru mempengaruhi kesehatan mental dan jiwa adik-adik. Jadikanlah gadget sebagai media ke arah positif dan berguna bagi bangsa dan negara. Sehingga keinginan mulia kita melahirkan generasi berkualitas yakni generasi sehat, pintar dan bermoralitas yang baik bisa diraih. Dan kunci generasi emas menuju 2045 dapat terwujud," harapnya.

Dalam kesempatan yang sama Ketua PK IMM Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UINSU, Ahmad Nafis Isnaini Sagala turut berpesan kepada para peserta studi general agar materi yang disampaikan Prof Ridha bisa menambah wawasan.

"Saya berpesan kepada pserta studi general sesuai tema improvisasi mahasiswa Fakultas Dakwah sebagai Social Of Change juga Social Control dan Iron Stock menuju Indonesia Emas 2045, agar bisa menambah wawasan untuk selanjutnya diaplikasikan di tengah masyarakat," ucapnya.

Ahmad Nafis juga mengingatkan kepada rekan-rekannya untuk selalu siap diisi wadahnya dan jangan menganggap diri sudah merasa penuh dan banyak wawasan.

"Isi terus wawasan kita agar ke depan bisa berguna bagi kita pribadi dan juga orang lain," harapnya.

Untuk diketahui, selain hadir di UINSU Prof Ridha juga mengunjungi dan mengampanyekan gerakan gadget sehat di Universitas Dharmawangsa Medan.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi