Boru Saniang Naga:

"Nyai Roro Kidulnya" Orang Batak Toba Dulu

Rombongan peserta seni pertunjukan Manguras Tao untuk Saniang Naga Laut pada Horas Samosir Fiesta 2017 (Dok Pemkab Samosir)

Analisadaily.com, Medan - Ternyata tak hanya di masyarakat Jawa di Solo saja yang punya kepercayaan terhadap Nyai Roro Kidul, sang dewi penjaga laut selatan atau kidul (Samudra Hindia). Di Sumatera Utara juga ada kepercayaan serupa. Namanya Boru Saniang Naga Laut. Nah, dulu sebelum misionaris Kristen datang ke Tanah Batak, masyarakat Batak Toba yang tinggal di sekitar Danau Toba, pernah membuat upacara untuk Boru Saniang Naga Laut yang dipercaya sebagai penjaga Danau Toba.

Bahkan dulu dalam kepercayaan masyarakat Batak Toba, masih ada satu upacara lagi untuk Saniang Naga Tur, yakni dewi penjaga air di darat.

Menurut penyair dan pimpinan Pusat Latihan Opera Batak (PLot), Thompson HS, upacara untuk Saniang Naga (Laut dan Tur) dulu dilakukan sebagai bagian dari upacara bius atau konfederasi kampung Batak. Upacara bius terhenti pada zaman kolonial atas rekomendasi misionaris. Tapi sempat dilakukan lagi karena munculnya kemarau panjang dan diberi izin oleh Residen Belanda waktu itu, H.Korn. Menurut Thompdon, upacara dilaksanaakan di negeri Sihotang, Samosir.

Berebut Persembahan

Tahun 1926, saat sastrawan Sitor Situmorang, berumur 2 tahun, di kampung kelahirannya, Harianboho, yang terletak di lembah kecil kaki Pusuk Buhit, sebelah barat Danau Toba, bersama anak seusia, ia pernah menyaksikan upacara pemberian persembahan untuk Saniang Naga Laut.

"Santapan dewa-dewa dilempar ke dalam danau, selesai sembahyang jadi rebutan tua muda, terlebih anak-anak dan remaja, disertai adat perkelahian antara sesamanya di dalam air," ungkap Sitor Situmorang, dalam buku otobiografinya (Seorang Sastrawan 45 Penyair Danau Toba: 1981). Dalam kepercayaan masyarakat Batak Toba dulu Saniang Naga adalah dewi penjaga Danau Toba, penjamin kesehatan, kemakmuran, penguasa angin dan gelombang.

Pernah Jadi Seni Pertunjukan Wisata

Namun seperti dibilang Thompson HS, sejak orang Batak Toba menganut agama Kristen, upacara untuk penjaga dan penguasa Danau Toba sudah ditinggalkan. Meski begitu, sebagai seni pertunjukan berbasis tradisi rakyat, upacara terhadap Saniang Naga Laut, pernah jadi paket Horas Samosir Fiesta dari Pemkab Samosir tahun 2017.

"Karena bukan lagi ritual religi sebagai­mana dihayati masyarakat Batak sebelum masuknya agama Kristen, maka atraksinya tak dibuat sama seperti ritual aslinya.

"Doa persembahan kepada Saniang Naga Laut diganti dengan doa kepada Tuhan untuk keselamatan wisata di Danau Toba, masyarakat, dan turis," kata Thompson HS.

Dibalik setiap kepercayaan asli masyarakat, entah itu berwujud religi asli, mitologi, atau upacara tradisi, biasanya penuh pesan-pesan moral. Upacara untuk Saniang Naga Laut tadi sejatinya mengingatkan kita agar arif memerlakukan Danau Toba karena keberadaannya telah memberi banyak manfaat, baik bagi masyarakat maupun turis.

Editor:  J Anto

Baca Juga

Rekomendasi