Wacana Pemulangan Eks ISIS, Ghazali: Sah-sah Saja

Wacana Pemulangan Eks ISIS, Ghazali: Sah-sah Saja
Aktivis yang tergabung dalam Forum Selamatkan NKRI - DIY melakukan aksi damai di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Jumat (7/2/2020). (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/pd)

Analisadaily.com, Medan - Wacana pemulangan warga negara Indonesia (WNI) yang merupakan mantan anggota Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) mendapat perhatian dari mantan teroris, Khairul Ghazali, yang kini menjadi pimpinan Pondok Pesantren Al-Hidayah di Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.

Saat ini, Kepolisian telah menjajaki lokasi yang mungkin bakal digunakan sebagai pemusatan deradikalisasi terhadap ratusan mantan teroris ISIS yang akan dipulangkan.

Salah satunya, Pesantren Al-Hidayah yang dipimpin Ghazali. "Memang ada yang meninjau. Dari aparat kepolisian," kata Ghazali, Selasa (11/2).

Ghazali tidak menampik, aparat meninjau pesantren sebagai bagian dari wacana yang beredar selama ini. Hanya saja, hingga kini belum ada koordinasi antara pesantren dengan BNPT terkait rencana deradikalisasi eks ISIS di pesantren itu.

"Kan masalah ini yang menangani Badan Nasional Penanggulangan Terosisme. Kalau kepolisian kan hanya masalah penjagaan keamanan," terang Ghazali.D

Belum adanya koordinasi dengan BNPT, kata dia, tentu tak bisa berkesimpulan, pesantren ini akan dijadikan pusat deradikalisasi eks ISIS.

Belum lagi, Ghazali menyebut, sarana dan prasarana di pesantren belum memungkinkan untuk menampung ratusan eks ISIS yang akan dipulangkan. "Tapi kalau sebagian, bisa," ucapnya.

Menurut Ghazali, pengecekan aparat ke pesantren memang hanya sebatas kesiapan mereka dalam menampung eks ISIS yang akan dipulangkan.

"Saya sendiri mengaku siap untuk membantu pemerintah dalam mengembalikan paham para mantan teroris itu untuk kembali ke NKRI," terangnya.

Apalagi, saat ini di Medan sendiri sedikitnya ada 35 mantan narapidana teroris (napiter) yang siap menjalankan misi deradikalisasi.

"Mereka berpotensi menjadi instruktur mengembalikan ideologi yang salah itu menjadi ideologi yang benar, NKRI," ungkap Ghazali.

Namun saat ini, ada yang mendukung rencana pemulangan karena alasan kemanusiaan. Tetapi ada yang menolak keras pemulangan dengan alasan bakal mengancam keamanan dalam negeri.

Ghazali mengaku, rencana pemulangan itu sah-sah saja jika mereka dipulangkan. Sebab, sebagian besar dari WNI anggota ISIS yang hengkang ke luar negeri adalah korban.

"95 persen itu adalah korban. Anak-anak dan perempuan. Karena tidak semua berpikiran untuk menjadi teroris." terangnya.

Bagaimana pun, kata dia, WNI eks ISIS merupakan bagian dari bangsa Indonesia.

“Mereka memang memilih keluar dari NKRI, dengan cara membakar paspor, KTP dan lainnya. Mereka jangan dibuang. Jangan dibiarkan," tambahnya.

"Mereka anak-anak bangsa. Negara mana yang akan mengakui mereka jika bukan kita," tambah Ghazali.

(JW/CSP)

Baca Juga

Rekomendasi