Kreatif Berbisnis di Masa Krisis

Kreatif Berbisnis di Masa Krisis
Business Innovation Consultant, Indrawan Nugroho (kiri) dalam diskusi virtual bertajuk Inovasi Bisnis di Saat Krisis di Jakarta, Sabtu (16/5) (Analisadaily/Sutrisno)

Analisadaily.com, Jakarta - Saat ini masyarakat diajak untuk berdamai dengan pandemi COVID-19, mengingat virus ini belum diketahui kapan akan berakhir. Pilihan bagi kalangan industri untuk bertahan di masa krisis adalah dengan selalu kreatif dan inovatif baik terkait produk maupun mekanisme pemasaran produk.

“Sesuatu yang menggunakan kreativitas dan berinovasi, sebetulnya akan memunculkan peluang usaha atau bisnis baru, yang menguntungkan,” kata Business Innovation Consultant, Indrawan Nugroho dalam diskusi virtual bertajuk Inovasi Bisnis di Saat Krisis di Jakarta.

Dalam diskusi yang dipandu Nina Septiana, Indra mengajak masyarakat untuk tetap produktif meski virus Corona masih mewabah dan belum ditemukan vaksinnya.

Caranya, menyesuaikan kehidupan dengan kondisi saat ini alias hidup normal dengan cara baru (new normal).

Ia mengatakan, pandemi telah memukul semua sektor kehidupan masyarakat, dan perekonomian diprediksi terpuruk lebih dalam dibandingkan krisis-krisis sebelumnya.

“Bagi yang terdampak COVID-19, ini yang harus disikapi bagaimana satu keluarga dapat menghasilkan di tengah krisis,” kata Indra.

Krisis ini berbeda dan lebih unik dibandingkan krisis-krisis ekonomi sebelumnya. Selain penanganannya berbeda, pandemi ini juga mempengaruhi perilaku dan pola aktivitas ekonomi, usaha, serta peluang bisnis.

Oleh karena itu, lanjut Indra, untuk bertahan dalam situasi krisis seperti sekarang ini di antaranya buka usaha sendiri. Tetapi bagaimana buka usaha yang pada waktu normal saja susah, apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini, tentu harus melalui kajian dan cermat melihat peluang.

Ia pun menawarkan solusi dengan mengacu kepada tiga factor, yaitu mempertimbangkan sebuah produk yang dihasilkan, memperhatikan market serta cannel.

“Jika mau memulai usaha, maka pilihlah produk atau layanan yang akan dijual tersebut demand-nya memang tinggi, seperti barang kebutuhan rumah tangga,” papar Indra.

Kemudian juga produk terkait dengan kesehatan, yang saat ini masyarakat sangat membutuhkan perlindungan kesehatan, dan juga properti terkait dengan personal care seperti kebutuhan kaum wanita atau pria yang digunakan selama stay at home.

Selain itu, produk terkait dengan produksi, misalnya peralatan untuk menghasilkan sebuah produk seperti peralatan untuk membuat kue, yang nantinya dapat menghasilkan produk yang dapat dijual.

“Tentu ini semua dapat dilakukan secara online atau medsos lainnya,” sambung Indra.

Target atau segmen juga harus diperhatikan, misalnya produk yang dihasilkan untuk segmen siapa, apakah untuk ibu-ibu atau kalangan milenial.

“Jika ini dicermati dengan benar, maka upaya membuka usaha baru diyakini akan berhasil,” tambahnya.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi