Kasus Sindrom Patah Hati Meningkat di Tengah Pandemi Covid-19

Kasus Sindrom Patah Hati Meningkat di Tengah Pandemi Covid-19
Ilustrasi (Pixabay)

Analisadaily.com, Amerika Serikat - Kasus sindrom patah hati dilaporkan meningkat di tengah pandemi virus corona Covid-19. Studi kecil yang dilakukan para spesialis jantung di Ohio, Amerika Serikat, pandemi membuat orang-orang jadi lebih stres.

Dilansir dari Detik Health, Minggu (12/7), sindrom patah hati sendiri adalah kondisi saat otot-otot jantung mengalami penurunan kemampuan memompa darah, disebut-sebut akibat respons stres emosi atau fisik yang ekstrem.

“Gejalanya mirip serangan jantung,” bunyi laporan.

Kardiolog dr Ankur Kalra dari Cleveland Clinic mengatakan, selama pandemi terjadi peningkatan lima kali lipat kasus sindrom patah hati. Hal ini diketahui setelah ia dan timnya menganalisa data dari 258 pasien jantung selama 1 Maret sampai 30 April.

Hasilnya, ditemukan bahwa sekitar 7,8 persen pasien mengalami sindrom patah hati. Jumlahnya jauh lebih tinggi dibandingkan angka dari periode sebelum pandemi, yaitu hanya sekitar 1,5 sampai 1,8 persen dari pasien jantung.

“Orang-orang tidak hanya khawatir jatuh sakit, mereka juga harus berhadapan dengan masalah ekonomi, emosi, sosial, dan potensi kesepian serta isolasi,” sebutdr Kalra seperti dikutip dari Live Science.

Kalra dan timnya tidak menemukan perbedaan tingkat kematian pasien dalam studi. Sebagian besar yang mengalami kondisi sindrom patah hati ini bisa pulih, namun peneliti menekankan tetap ada kemungkinan seseorang bisa mengalami komplikasi yang fatal.

Studi ini telah dipublikasi di jurnal JAMA Network Open pada 9 Juli 2020.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi