100 Hari Tanpa Kasus, Selandia Baru Tidak Ingin Berpuas Diri

100 Hari Tanpa Kasus, Selandia Baru Tidak Ingin Berpuas Diri
Seorang penumpang tampak menggunakan masker saat menunggu penerbangannya di bandara Internasional Wellington pada 20 Februari 2020. (AFP/Marty MELVILLE)

Analisadaily.com, Selandia Baru – Selandia Baru menandai 100 hari tanpa penularan domestik virus Corona pada Minggu (9/8), tetapi tetap mengingatkan agar tidak berpuas diri karena negara-negara seperti Vietnam dan Australia yang pernah mengendalikan virus sekarang berjuang melawan kebangkitan infeksi.

Perjuangan sukses Selandia Baru melawan Covid-19 telah menjadikan negara kepulauan Pasifik berpenduduk 5 juta itu salah satu tempat teraman di dunia saat ini.

Warga Selandia Baru telah kembali ke kehidupan normal, tetapi pihak berwenang khawatir, orang-orang sekarang menolak pengujian, tidak menggunakan aplikasi pelacakan kontak pemerintah, dan bahkan mengabaikan aturan kebersihan dasar.

"Mencapai 100 hari tanpa penularan komunitas adalah tonggak penting, namun, seperti yang kita semua tahu, kita tidak bisa berpuas diri," kata Direktur Jenderal Kesehatan, Dr Ashley Bloomfield dilansir dari Channel News Asia.

"Kami telah melihat di luar negeri betapa cepatnya virus dapat muncul kembali dan menyebar di tempat-tempat di mana sebelumnya terkendali, dan kami perlu bersiap untuk segera membasmi setiap kasus di masa depan di Selandia Baru," tambahnya.

Selandia Baru memiliki 23 kasus aktif di fasilitas isolasi terkelola, dan sejauh ini 1.219 kasus Covid-19.

Vietnam, yang berlangsung selama tiga bulan tanpa mendeteksi penularan domestik, sekarang berlomba untuk mengendalikan wabah baru di Danang.

Kota tetangga terbesar kedua di Australia, Melbourne, telah diisolasi selama enam minggu karena lonjakan kasus. Gelombang kedua kasus di Melbourne sebagian besar disebabkan oleh penyimpangan dalam karantina.

"Untuk negara-negara seperti Australia dan Selandia Baru, sumber wabah kemungkinan besar berasal dari fasilitas isolasi dan karantina yang dikelola karena banyaknya orang yang ditahan di sana dan banyaknya shift staf yang terlibat dalam merawat mereka," kata Profesor Kesehatan Masyarakat di Universitas Otago, Michael Baker.

Ada kasus pengembalian warga Selandia Baru yang menyelinap keluar dari karantina, dan kesalahan keamanan lainnya.

Selandia Baru pekan lalu meningkatkan pengujian di fasilitas dan klinik karantina, dan mulai mengerjakan teknologi untuk melacak orang menggunakan teknologi Bluetooth.

Ardern memulai kampanye pemilihan ulangnya pada hari Sabtu dengan menyebutnya sebagai pemilihan Covid. Tapi kebangkitan kasus karena kelelahan Covid bisa memicu reaksi terhadapnya, dan memberikan oposisi kesempatan untuk kembali ke kontes pemilihan.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi