Optimalisasi Ekspor Perkebunan untuk Pemulihan Ekonomi Nasional

Optimalisasi Ekspor Perkebunan untuk Pemulihan Ekonomi Nasional
Penyerahan penghargaan Anugerah Pratama Perkebunan Indonesia (APPI) Awards kepada insan-insan perkebunan berprestasi. (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Jakarta - Kementerian Pertanian menyelenggarakan peringatan Hari Perkebunan ke-63 di Serpong Tangerang Selatan, Kamis 10 Desember 2020. Tahun ini acara yang digelar mengusung tema Optimalisasi Ekspor Perkebunan dalam Upaya Pemulihan Ekonomi Nasional.

Dalam kesempatan ini, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo didampingi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengatakan bahwa peringatan Hari Perkebunan merupakan hari bersejarah bagi perkembangan modernisasi pertanian Indonesia.

“Peringatan ini juga sebagai bentuk apresiasi kepada para petani dan pekebun di Indonesia. Sebab selama ini, subsektor perkebunan mampu memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan pendapatan negara. Karena itu subsektor perkebunan harus menjadi perhatian bersama,” kata Syahrul.

Tahun ini peringatan Hari Perkebunan dilaksanakan di tengah kondisi pandemi Covid-19 dalam suasana penuh keprihatinan dan kondisi ekonomi nasional dan dunia sedang mengalami kontraksi ekonomi yang sangat dalam sehingga berdampak pada dunia kesehatan maupun perekonomian nasional yang sangat nyata pada seluruh aspek kehidupan.

“Pandemi Covid- 19 berdampak besar pada dunia usaha bahkan sejumlah negara mengalami resesi perekonomian yang mengakibatkan merosotnya pendapatan, jumlah lapangan kerja serta penjualan retail menurun dan terpuruknya industri manufaktur,” kata Syahrul.

Ia menyampaikan, sektor pertanian dalam kondisi pandemi mengalami peningkatan. Pada tahun 2020 triwulan 2, PDB sektor pertanian tumbuh sebesar 16.24 persen dan triwulan 3 tumbuh lagi sebesar 2,15 persen.

”Kita semua adalah bagian yang memberikan energi sehingga sektor pertanian mengalami pertumbuhan saat ini. Kita semua tidak ada yang boleh menepuk dada terlalu tinggi karena kita bekerja untuk kepentingan bersama dan untuk kepentingan nasional,” ucapnya.

Peringatan Hari Perkebunan harusnya mampu menjadi pemacu semangat dan motivasi dalam mengambil peranan untuk pemulihan ekonomi Nasional. Peringatan ini juga diharapkan bisa menjadi momentum bersama untuk menyusun strategi pengoptimalan ekspor komoditi perkebunan di era revolusi industri 4.0.

Berdasarkan catatan angka sementara Badan Pusat Statistik, nilai ekspor pertanian kurun waktu Januari-Oktober 2020 mencapai 359,5 Triliun Rupiah atau naik 11,6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Dengan nilai sebesar tersebut, subsektor perkebunan menjadi penyumbang terbesar ekspor di sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 326.86 Triliun atau 90,92 persen.

Adapun ekspor komoditas perkebunan yang melonjak pada Januari-Oktober paling besar disumbang oleh komoditas kelapa sawit, karet, kakao, kelapa dan kopi. Ekspor perkebunan tertinggi terjadi di bulan Oktober yaitu sebesar 38, 46 Triliun Rupiah dengan kenaikan sebesar 8.76 persen dari bulan sebelumnya.

“Hal ini menunjukkan bahwa peluang ekspor komoditi perkebunan sebagai salah satu sumber devisa negara masih terus meningkat meskipun di tengah pandemi Covid-19. Upaya ini sejalan dengan program Kementerian Pertanian yang bertekad mewujudkan Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks),” jelas Syahrul.

Ke depan, subsektor perkebunan perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak termasuk BUMN dan swasta, sehingga diharapkan nantinya terbangun korporasi petani. Petani dan pekebun harus berada dan menjadi mitra swasta dan BUMN, sehingga petani terangkat pendapatan dan kesejahteraannya.

“Untuk mendorong tercapainya Gratieks, Kementerian Pertanian terus berupaya dalam pengembangan komoditas-komoditas strategis perkebunan dalam kerangka program Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai Tambah dan Daya Saing Perkebunan (Grasida),” terangnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono menyampaikan bahwa sejarah peringatan Hari Perkebunan pertamakali ditetapkan pada tanggal 10 Desember 1957.

Tujuan dari acara peringatan Hari Perkebunan yakni untuk mendorong komitmen, motivasi, kreativitas dan partisipasi seluruh stakeholeder perkebunan baik Pemerintah, swasta maupun masyarat untuk mengambil peran dalam meningkatkan peran ekspor perkebunan dalam pemulihan ekonomi.

“Pada saat itu terjadi Nasionalisasi perkebunan setelah masa kolonialisme. Berdasarkan peristiwa Nasionalisme tersebut, maka tanggal 10 Desember 1957 akhirnya ditetapkan sebagai Hari Perkebunan,” terang Dirjenbun.

Lebih lanjut Kasdi mengatakan peringatan Hari Perkebunan tahun ini diisi dengan serangkaian kegiatan yaitu acara puncak antara lain pelepasan ekspor komoditas unggul perkebunan, penyerahan Anugerah Pratama Perkebunan Indonesia (APPI) Awards, penandatanganan MoU antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian, talkshow, forum ekspor dan pameran.

“Pada peringatan Hari Perkebunan ini, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membangun sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan. Mari kita terus majukan komoditas perkebunan Indonesia,” tukasnya.

Peringatan Hari Perkebunan ke-63 dihadiri juga oleh Menteri Pertanian periode 2004-2009 Anton Apriyantono, jajaran eselon I Kementerian Pertanian dan anggota Komisi IV DPR RI Endang Setyawati Thohari.

Syahrul memberikan penghargaan Anugerah Pratama Perkebunan Indonesia (APPI) Awards kepada insan-insan perkebunan berprestasi pada kategori Birokrasi kepada 6 Gubernur yaitu Gubernur Jawa Barat, Gubernur Sumatera Utara, Gubernur Jambi, Gubernur Sulawesi Utara, Gubernur Jawa Tengah.

Dan 6 Bupati yaitu Bandung, Musi Banyuasin, Lampung Barat, Cianjur, Luwu Timur, Tanjung Jabung Timur dan Kolaka Utara.

Dalam kesempatan peringatan Hari Perkebunan ke-63 ini, Menteri Pertanian didampingi Direktur Jenderal Perkebunan resmi melaunching Logo ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) atau Kelapa Sawit Indonesia Berkelanjutan.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi