Terumbu Karang di Barat Indonesia Mengalami Tekanan Sangat Tinggi

Terumbu Karang di Barat Indonesia Mengalami Tekanan Sangat Tinggi
Aktivis menanam anakan terumbu karang di perairan Pulau Harapan, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Sabtu (22/5/2021) (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Analisadaily.com, Jakarta - Terumbu karang di Indonesia tengah mengalami tekanan yang cukup berat, terutama di daerah bagian barat. Hal tersebut disampaikan Pakar Kelautan IPB University, Hawis Madduppa.

"Coral species itu hampir 76 persen berada di dalam kawasan Segitiga Terumbu Karang dunia di mana Indonesia pusatnya dan juga 37 persen dari ikan-ikan yang terdapat di dunia juga berada di lokasi ini," kata Hawis dalam diskusi bertema transplantasi terumbu karang yang diadakan Yayasan KEHATI tepat di Hari Laut Sedunia, dilansir dari Antara, Selasa (8/6).

Karena itu, tegas akademisi dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB itu, konservasi dan pelestarian terumbu karang serta biota laut itu sangatlah penting.

Namun, ekosistem terumbu karang Indonesia telah mengalami perubahan yang cepat dan meluas serta menghadapi ancaman yang semakin bertambah. Menurut Hawis, 93 persen ancaman bagi terumbu karang terdiri dari overfishing atau pengambilan ikan secara berlebih dan polusi.

Hanya sekitar 30 persen terumbu karang di seluruh Indonesia yang memiliki tutupan karang lebih dari 50 persen dan sisanya merupakan dalam kondisi buruk dan sedang.

Ia menjelaskan, kondisi terumbu karang di Indonesia sendiri sangat bergantung pada letak geografisnya.

"Tekanan di bagian barat memang sangat tinggi dilihat dari persentase terumbu karang yang sangat baik berada di kisaran yang sangat rendah di bawah 10 persen," kata Hawis.

Hal itu berbanding terbalik dengan kondisi terumbu karang di timur Indonesia yang kondisinya lebih baik.

Karena itu perlu ada upaya untuk mendukung pertumbuhan karang alami, salah satunya adalah dengan upaya transplantasi.

Hal itu yang dilakukan oleh Yayasan KEHATI ketika melakukan rehabilitasi karang rusak di Kawasan Wisata Alam Pulau Sangiang yang beradai di Selat Sunda, menggunakan modul PVC.

Menurut Manajer Program Ekosistem Kelautan Yayasan KEHATI Yasser Ahmad menjelaskan hasil pemantauan yang dilakukan setiap tahun, tingkat survival transplantasi dengan pipa PVC ini di atas 67 persen per tahun.

Fakta tersebut merupakan berita yang menggembirakan, jelasnya, mengingat rehabilitasi dianggap berhasil jika tingkat bertahan hidup berada di atas 50 persen karena sudah dapat menyerupai fungsi ekosistem aslinya.

"Kami berharap transplantasi dengan modul PVC dapat memperkaya metode rehabilitasi terumbu karang di Indonesia. Selain dari beberapa keunggulan, seperti materi yang ramah lingkungan, proses yang mudah dan biaya yang murah, kami akan terus melakukan kajian mendalam dari penggunaan modul PVC ini," ujar Yasser.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi