Kesadaran Tentang Lingkungan Hidup Perlu Ditingkatkan

Kesadaran Tentang Lingkungan Hidup Perlu Ditingkatkan
Hutan (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Jakarta – Kebijakan mengenai kependudukan, pemuda, dan lingkungan hidup saling terkait. Pentingnya integrasi antar ketiganya dipaparkan dalam acara peluncuran Centre for Youth and Population Research (CYPR), sebuah lembaga riset yang berfokus pada kepemudaan dan kependudukan.

Seminar itu mengusung tema “Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Pemuda Berkelanjutan dalam Konteks Bonus Demografi”.

Pembicara yang hadir, mantan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Prof. Emil Salim, Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia (UI), Turro Wongkaren, dan mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Andrinof Chaniago.

Direktur Eksekutif CYPR, Dedek Prayudi, mengatakan saat ini, jumlah penduduk Indonesia mencapai 270 juta orang, dengan proporsi 70% berada di usia produktif (15-60 tahun) yang sebagian besar di antaranya ialah kelompok pemuda (16-30 tahun).

"Jika pemuda tidak diberdayakan, maka bukan tidak mungkin Indonesia justru membuang peluang bonus demografi dan para pemuda menjadi beban yang sangat berat, bahkan bukan tidak mungkin, dampak lebih buruk lagi, Indonesia mengalami kemunduran," ujarnya.

Karena itu, pihaknya memegang peran untuk mendorong sinergi antar pemberdayaan pemuda dengan perubahan pemahaman dan perilaku terhadap lingkungan hidup.

Dedek menekankan, perlunya mengedepankan budaya sadar dan peduli risiko (risk culture & awareness), utamanya terhadap lingkungan.

“Kini, pengelolaan lingkungan hidup berada di tangan generasi muda. Bonus demografi adalah peluang mendorong produktivitas, namun hal ini akan mendorong distribusi dan konsumsi yang memiliki risiko adanya eksternalitas negatif yang dihasilkan. Proses produksi, distribusi dan konsumsi memiliki dampak besar terhadap lingkungan hidup,” kata Dedek, Jumat (11/6).

Menurut dia, saat ini banyak aktivitas ekonomi yang berdampak negatif terhadap lingkungan hidup seperti polusi udara, sampah plastik, dan lainnya.

Menjawab tantangan tersebut, pemberdayaan pemuda dalam kerangka bonus demografi dengan cara membangun pendekatan budaya sadar dan peduli risiko dan menerapkan upaya pengurangan bahaya dapat menjadi salah satu strategi kunci dalam melestarikan lingkungan hidup.

Dedek menambahkan, perlu ditekankan pentingnya peran pemuda berdaya dalam melestarikan lingkungan hidup dan pentingnya pelestarian lingkungan dalam memberdayakan pemuda.

Emil Salim mengatakan, Indonesia belum mampu melindungi bio diversity. Indonesia belum mampu melindungi bio diversity. Dari keharusan 30 persen lautan dan lahan yang terlindungi, baru 17 persen saja yang mampu dilindungi.

Turro mengatakan, bonus demografi jika tidak dimanfaatkan akan menjadi sebuah ‘bencana’ demografi’. Bagi Indonesia sendiri, masa bonus demografi tersebut terjadi pada rentang 2012-2036 dengan puncaknya di 2020-2024. Supaya dapat berperan dalam pembangunan, maka pemuda memastikan untuk bekerja dan tidak menjadi beban.

Di sisi lain, meningkatkan sikap positif terhadap pembangunan berkelanjutan, salah satu contohnya dengan menjaga lingkungan hidup.

"Perlu ada perubahan perspektif pemuda dalam memandang lingkungan hidup. Pemuda sudah saatnya menjadi yang terdepan dalam kebijakan pembangunan berbasis lingkungan, mengingat pola pembangunan modern sudah mulai mengarusutamakan lingkungan dan konsepsi green living," tegas Turro.

Co-Director Girl Peace Security, Gustika Jusuf-Hatta mengatakan, partisipasi pemuda dalam setiap perjalanan sektor publik maupun privat jangan hanya sebagai kosmetik.

Kata dia, dalam beberapa tahun terakhir, eksternalitas negatif terhadap lingkungan meningkat pesat.

"Contohnya ialah penurunan kualitas udara di DKI Jakarta akibat penggunaan batubara pada pembangkit listrik, hingga penumpukan sampah medis terkait dengan penanganan pandemi Covid-19, contohnya masker dan APD sekali pakai yang memerlukan penanganan khusus," ujarnya.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi