6 Bulan Terakhir Tercatat 2.000 Orang Anak di Medan Terpapar Covid-19

6 Bulan Terakhir Tercatat 2.000 Orang Anak  di Medan Terpapar Covid-19
Ilustrasi (Pixabay)

Analisadaily.com, Medan - Kasus anak terpapar Covid-19 di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) sejak awal pandemi tercatat sebanyak 3.861 orang.

Khususnya Kota Medan, dalam kurun waktu enam bulan terakhir tercatat sebanyak 2.000 orang anak-anak terpapar Covid-19 yang kebanyakan dari kalangan anak di usia Sekolah Dasar (SD).

Anggota Satuan Gugus Tugas (Satgas) Covid-19, dr. Inke Nadia Lubis, SpA. PhD mengatakan, kasus anak terpapar Covid-19 di Kota Medan mencapai 72 persen. Sejak dilaporkan dalam enam bulan terakhir, jumlah anak terpapar Covid-19 meningkat signifikan 3 kali lipat.

"Paling banyak Kabupaten Deliserdang dan Kota Medan, tapi Kota Medan sampai 72 persen. Enam bulan terakhir ada 2.000, peningkatan signifikan itu dari bulan April tinggi sekali, 3 kali lipat dari yang dilaporkan setiap minggunya," ungkapnya kepada wartawan di rumah dinas, Rabu (30/6).

Inke menerangkan bahwa di Provinsi Sumut kasus anak terpapar Covid-19 banyak terjadi di wilayah kabupaten/kota, yakni Kota Medan, Deliserdang, Simalungun, dan Tebingtinggi. Kata dia untuk Kabupaten Simalungun dan Kota Tebingtinggi merupakan data gabungan.

"Sisanya daerah lain di Sumut di bawah 1 persen," katanya.

Inke menjelaskan bahwa gejala terpapar Covid-19 pada anak lebih ringan dan tidak bergejala. Menurutnya hal itu dapat menyulitkan ketika skrining seperti pemeriksaan suhu ataupun gejala batuk dan pilek tidak ditemukan pada anak seperti gejala pada orang dewasa.

"Jadi tanpa pemeriksaan swab lalu anak-anak dibiarkan sekolah, itu berisiko menularkan kepada guru dan kembali ke rumah nanti bisa sebabkan risiko lebih tinggi," katanya.

Dia menegaskan anak usia SD paling rentan terpapar Covid-19 yang tercatat sebanyak 35 persen. Untuk itu dia meminta untuk mempertimbangkan sekolah tatap muka dilakukan di tingkat SD.

"Itu tadi sebenarnya kalau buka sekolah, kita pertimbangkan juga dengan data yang ada, bahwa paling banyak kasus di SD dan kematian paling banyak di usia SD kalau kena Covid-19. Berbeda dengan anak SMA yang sudah bisa diajarkan protokol kesehatan," ujarnya.

Inke menambahkan saat ini vaksinasi kepada anak sudah boleh untuk dilakukan. Namun yang paling penting adalah kedisiplinan dalam protokol kesehatan dapat mengurangi resiko penularan Covid-19.

"Walaupun tidak ada Covid-19, sudah terjadi penurunan imunisasi untuk penyakit lain. Takutnya kalau pun tak divaksin Covid-19, nanti bisa kena penyakit lain. Kontrol penyakit yang paling baik saat ini kan vaksinasi," tutupnya.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi