Putin: Pendudukan AS di Afghanistan Berakhir Sia-sia

Putin: Pendudukan AS di Afghanistan Berakhir Sia-sia
Kapten Melvin Cabebe dari Resimen Artileri Lapangan 1-320 Angkatan Darat AS berdiri di dekat kendaraan lapis baja M-ATV yang terbakar setelah menabrak alat peledak improvisasi (IED) di dekat pos terdepan tempur Nolen di Lembah Arghandab, Kandahar, Afghani (Reuters)

Analisadaily.com, Moskow - Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyebut usaha Amerika Serikat yang menduduki Afghanistan selama 20 tahun tidak menghasilkan apapun.

Bahkan menurutnya upaya tentara AS dalam menanamkan norma-norma mereka di Afghanistan berakhir sia-sia.

"Pasukan Amerika hadir di wilayah itu (Afghanistan) selama 20 tahun, dan selama 20 tahun itu mereka berusaha --ini bisa dikatakan tanpa menyinggung siapapun -- untuk membudayakan masyarakat lokal, tetapi pada kenyataannya untuk memaksakan norma dan standar hidup mereka dalam arti luas, termasuk organisasi politik masyarakat," kata Putin, dilansir dari Al Jazeera, Kamis (2/9).

"Hasilnya hanyalah tragedi dan kerugian bagi mereka yang melakukan itu (Amerika Serikat) dan terutama bagi orang-orang yang tinggal di wilayah Afghanistan. Ini adalah hasil nol, jika tidak negatif. Tidak mungkin memaksakan sesuatu dari luar," tegasnya.

Putin memang kerap melancarkan kritik terhadap negara-negara Barat yang mencoba memaksakan nilai-nilai mereka pada negara-negara non Barat.

Selama ini Moskow juga terus-terusan mengecam kebijakan AS di Afghanistan yang sekarang dikendalikan oleh Taliban.

Gerakan Taliban cukup mengejutkan para pemimpin dan pengamat Barat dengan kemajuan pesatnya menjelang penarikan pasukan Amerika Serikat pada 31 Agustus 2021.

Pekan lalu, Putin mengungkapkan bahwa Rusia tidak akan ikut campur di Afghanistan. Menurutnya Moskow telah belajar dari pendudukan yang dilakukan Uni Soviet di sana.

Uni Soviet pernah terlibat dalam perang selama 10 tahun di Afghanistan yang berakhir dengan penarikan pasukan pada 1989.

Selain itu Putin juga memprotes usaha negara-negara Barat dalam menempatkan pengungsi Afghanistan di negara-negara Asia Tengah yang bersekutu dengan Moskow. Dia khawatir 'islam radikal' akan menyebar ke negara-negara yang bersahabat dengan mereka.

Namun di sisi lain Moskow optimis dengan kepemimpinan baru di Kabul dan tidak akan mencampuri urusan dalam negeri mereka.

Perwakilan khusus Putin di Afghanistan, Zamir Kabulov, mengatakan bahwa pihaknya sedang bekerja untuk menjalin hubungan dengan penguasa baru Taliban di Afghanistan.

Kabulov menyebut Rusia siap membantu membangun kembali ekonomi Afghanistan serta mendesak negara-negara Barat agar tidak membekukan aset keuangan pemerintah Afghanistan.

(EAL)

Baca Juga

Rekomendasi