Minta Utamakan Tanggul, Warga Pesisir Aceh Tamiang Tolak Bansos

Minta Utamakan Tanggul, Warga Pesisir Aceh Tamiang Tolak Bansos
Warga Kampung Teluk Halban enggan menerima bansos dari pemerintah dan lebih memilih perbaikan tanggul jebol (Analisadaily/Dede Harison)

Analisadaily.com, Bandahara - Meski bantuan sosial (bansos) untuk korban banjir terus mengalir, namun warga pesisir Aceh Tamiang khususnya di Kecamatan Bandahara seolah tidak membutuhkannya.

Warga yang tinggal dekat bantaran sungai seperti Kampung Teluk Halban dan Rantau Pakam, Kecamatan Bendahara, lebih membutuhkan perbaikan tanggul sungai yang jebol daripada bantuan sembako.

“Kita sudah bosan dengan bantuan-bantuan banjir yang sifatnya sementara. Kami mau tanggul sungai diperbaiki secara permanen agar kampung kami tidak menjadi langganan banjir setiap tahunnya,” kata Kamaluddin (42), warga Teluk Halban, Kamis (6/12).

Dengan wajah kecewa, Kamaluddin mengaku jenuh dengan janji-janji perbaikan tanggul jebol di kampungnya. Meski sejumlah pejabat tinggi Aceh pernah meninjau tanggul jebol di Bendahara, namun belum ada solusi hingga saat ini.

“Bahkan titik jebolnya tanggul sudah bertambah lebar dihantam banjir kali ini,” ungkapnya.

Mat Sayuti, warga lainnya menyebut setiap tahun Kampung Teluk Halban dan desa sekitarnya di Kecamatan Bendahara kerap kebanjiran akibat luapan sungai. Pada banjir 2020, unsur Forkopimda Aceh terdiri dari Gubernur, Kapolda, Kajati, dan Pangdam IM pernah meninjau tanggul jebol tersebut.

“Setelah Pak Gubernur pulang memang diperbaiki tanggulnya oleh petugas BPBD, tapi tidak bertahan lama karena yang dibangun tanggul darurat, goni diisi tanah,” beber Sayuti.

Atas kondisi ini masyarakat yang menjadi korban banjir menagih janji Pemerintah Provinsi Aceh untuk memperbaiki tanggul. Karena bagi mereka tanggul lebih utama dibandingkan mi instan.

Pasalnya, hingga Rabu (5/1/2022) atau hari ke 4, banjir di kawasan Bendahara yang merendam permukiman belum surut. Sementara para pejabat yang datang hanya untuk meninjau tanpa melakukan perbaikan.

“Kalau cuma datang bawa sembako sebaiknya tidak usah, yang kami butuhkan tanggul, itu yang paling penting,” ketus Mahyani (39) seorang ibu rumah tangga.

Tokoh masyarakat Kampung Teluk Halban, Tajuddin (72) juga angkat bicara. Rumahnya hanya berjarak beberapa meter saja dari tanggul sungai yang jebol.

“Sudah puluhan tahun rumah saya terendam banjir bila tanggul sudah jebol,” lirihnya.

Menurutnya kerusakan tanggul semakin parah akibat sering tergerus banjir. Sementara upaya perbaikan dari pihak terkait dinilai tidak efektif karena tidak dilakukan secara menyeluruh.

“Selama ini cuma ditimbun tanah, harusnya kan’ kedua sisi tanggul dipasang fondasi beton sampai ke dasar biar tidak longsor lagi,” saran Tajuddin.

Bertambah Jebol

Datok Penghulu (Kades) Kampung Teluk Halban, Amril, menuturkan seluruh tanggul di sepanjang desanya sudah tidak bisa digunakan akibat sudah lebih rendah dari bibir sungai. Padahal, ungkap dia sebelumnya kerusakan tanggul di Teluk Halban hanya dua titik, sekarang bertambah dua titik lagi.

“Setiap tahun bisa empat kali banjir, padahal hujan tidak deras. Selain lebih rendah dari debit sungai, titik tanggul jebol makin banyak,” sebut datok Amril disela-sela menerima bantuan sosial dari Ibu Bupati Aceh Tamiang, Rita Syntia Mursil.

Hal senada dikatakan Datok Penghulu Kampung Rantau Pakam, Ruslan yang juga mengeluhkan kondisi tanggul jebol di kampungnya. Akibatnya akses jalan utama di kampung itu jadi terputus tidak bisa dilalui kendaraan dan Kampung Rantau Pakam nyaris terisolasi.

“Awalnya kerusakan tanggul hanya dua titik. Namun dalam empat hari ini dihantam banjir membuat kerusakan tanggul bertambah menjadi enam titik. Enam titik itu jebolnya besar, makanya jalan terputus,” kata Ruslan.

Ruslan mengaku sudah pernah mengusulkan pembangunan tanggul kampungnya sampai ke pemerintah provinsi Aceh, namun hingga tahun ini belum ada tanda-tanda akan terealisasi. Dalam hal ini Ruslan lebih pro kepada warga pesisir Bendahara yang lebih memilih tanggul daripada bansos.

“Saya dengar kabar tahun 2022 ada anggaran Rp 1,9 miliar untuk perbaikan tanggul di Aceh Tamiang. Tapi judulnya untuk sepanjang tanggul sungai Aceh Tamiang dari hulu hingga hilir. Jadi kampung kami belum tentu dapat,” ujarnya pesimis.

Sementara itu Camat Bandahara, Fakhrurrazi Syamsuyar, mengklarifikasi isu warga Bendahara menolak bantuan sosial dari pemerintah. Namun diakuinya ada sejumlah korban banjir minta segera dilakukan perbaikan tanggul.

“Tidak ada warga yang menolak bansos, tapi warga bilang lebih mengutamakan perbaikan tanggul. Bansos tetap disalurkan oleh kecamatan dan diterima warga,” tepis Farurrazi.

(DHS/EAL)

Baca Juga

Rekomendasi