Hal itu berbanding terbalik dengan keterangan dari Asisten II Bidang Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Kota Padangsidimpuan, Rahuddin Harahap saat menggusur lapak pedagang takjil yang diwawancarai salah satu stasiun televisi.

"Kata walikota, pasar Ramadan ada di Alaman Bolak, jadi kita imbau supaya mereka pindah. Di sana sudah kita kosongkan. Sewa kita tiadakan, khusus bulan puasa kita persiapkan kepada pedagang bukaan," ucap Rahuddin, sebagaimana dikutip Analisadaily.com.

Namun fakta berbeda didapat di lapangan, hasil wawancara Analisadaily.com kepada pedagang pasar Ramadan menyatakan bahwa setiap pedagang yang berjualan diwajibkan membayar sewa Rp200.000.

"Harga itu tergolong tinggi, apalagi di sini minim fasilitas," ujar IN, yang meminta identitas dirinya tak diungkap ke publik.

IN (37) sendiri merupakan pedagang yang terkena dampak relokasi Satpol PP. Awalnya dia sudah nyaman berjualan di Jalan Monginsidi. Tapi apa daya, saat pemerintah merelokasinya ke Alaman Bolak, ia hanya bisa pasrah.

Berharap peningkatan penjualan, IN justru mengeluh sepinya pembeli. Fasilitas lapak yang minim dengan sewa lapak yang tinggi membuat IN pesimis.

Pantauan Analisadaily.com, Kamis (7/4) di lokasi lapak jualan yang disediakan Pemko Padangsidimpuan hingga pukul 17.15 WIB sendiri menunjukkan aktivitas jual beli sangat minim.

Bahkan lapak-lapak jualan tidak diatur sedemikian rupa sehingga tampak semrawut. Padahal alasan utama Pemko Padangsidimpuan melakukan penggusuran adalah untuk menata agar lebih rapi dan indah.

"Abang lihatlah sendiri bang, dari tadi jualan saya belum habis. Masih banyak yang belum terjual. Biasanya jelang berbuka sudah habis, ini masih banyak," ujar IN.

Kadis Perdagangan Kota Padangsidimpuan, Ridwan Pasaribu yang bertanggungjawab terhadap lapak jualan Ramadan ketika coba dikonfirmasi terkait harga lapak pasar Ramadan Rp200.00 dan kutipan uang kebersihan Rp10.000, hingga berita ini dityangkan tidak memberikan balasan.

(IAN/BR)