Jual Beli Mobil Bekas Meningkat 15% di Thailand, Mobil Listrik Mulai Tumbuh

Jual Beli Mobil Bekas Meningkat 15% di Thailand, Mobil Listrik Mulai Tumbuh
Foto ilustrasi penjualan mobil bekas (Analisadaily/istimewa)

Analisadaily.com, Jakarta - Jual beli mobil bekas di salah satu pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara ini semakin tumbuh di tengah pandemi Covid-19. Kelangkaan chip yang membuat inden mobil baru tertunda sampai pajak mobil baru yang semakin tinggi menjadi penyebabnya. Di sisi lain, pasar mobil listrik pun mulai tumbuh dan siap menyebar di pasar mobil bekas Thailand.

Peningkatan industri mobil bekas Thailand

Dalam sebuah penelitian berjudul “Outlook Pasar Mobil Bekas Thailand Hingga 2025 - Pertumbuhan Platform Mobil Bekas Online dan Ketersediaan Kredit yang Mudah Meningkat Pertumbuhan Industri” mengungkap pertumbuhan yang signifikan terjadi pada pasar mobil bekas Thailand.

Industri mobil bekas semakin berkembang paska pandemi COVID-19 dan diharap tumbuh besar pada tahun 2025. Meningkatnya kebutuhan penggunaan kendaraan pribadi untuk menghindari angkutan umum dipercaya mampu mendorong penjualan mobil bekas.

Laporan tersebut mencakup beragam aspek, seperti volume mobil bekas sampai dengan segmentasi pasar, scenario produksi mobil baru, target audiens, nilai jual mobil bekas, dan berbagai aspek lainnya, Laporan tersebut diakhiri dengan proyeksi untuk masa depan industri mobil bekas, termasuk perkiraan pendapatan dan volume penjualan pada tahun 2025.

Chobrod adalah salah satu pesaing paling menonjol di pasar mobil bekas Thailand, cek di sini : https://chobrod.com/car-sale

Sektor mobil bekas di Thailand sedang mengalami fase kedewasaan, tumbuh sekitar 1.8% dari 2014 sampai dengan 2020. Permintaan atas kendaraan pribadi, penurunan daya beli, kemudahaan ketersediaan dan pembiayaan, sampai dengan peningkatan PPN mobil baru menjadi alasan utama di bali pertumbuhan positif penjualan mobil bekas.

Penelitian tersebut membagi segmentasi pasar mobil bekas Thailand berdasarkan beberapa bagian, seperti:

Berdasarkan jenis pasar (C2C, B2C/OEM, dan Lelang): Pasar Business to Costumer (B2C atau OEM) mendominasi industri mobil bekas di Thailand pada tahun 2020 berdasarkan nilai dan volume kendaraan yang diperjualbelikan.

Kehadiran OEM (Original Equipment Manufacturer) mendominasi kota besar seperti Bangkok, sementara dealer multibrand hadir berbagai daerah, baik secara online maupun offline.

Berdasarkan jenis mobil: Jika pasar Indonesia fokus terhadap kendaraan penumpang seperti MPV, truk pikap 1 ton mendominasi pasar mobil bekas Thailand. Terutama karena segmen ini bisa digunakan sebagai kendaraan niaga, tapi juga sering digunakan untuk penggunaan pribadi.

Hal lainnya yang membuat pasar truk pikap di Thailand semakin berkembang adalah dikarenakan pajak kendaraan yang lebih rendah dibandingkan segmen mobil lainnya, semisal sedan atau city car yang lebih ekonomis.

Berdasarkan jarak tempuh: Mobil dengan jarak tempuh 80.000 kilometer sampai dengan 100.000 kilometer mendominasi pasar. Ini tentunya berbanding lurus dengan truk pikap yang mendominasi segmen mobil di pasar mobil bekas Thailand.

Karena seringkali digunakan untuk tujuan komersial, maka pikap seringkali ditemui dalam kondisi odometer yang sudah tinggi. Belum lagi dikarenakan kondisi mobil yang tahan banting, maka pemakaiannya seringkali berhenti di umur 5 tahun atau lebih sebelum dijual dan diganti dengan model yang lebih baru.

Berdasarkan periode kepemilikan: Sejak pembiayaan mobil bekas dan baru tersedia di Thailand, periode kepemilikan mobil telah jauh berkurang. Mayoritas pangsa pasar dihuni oleh mobil yang berusia sekitar 5 sampai dengan 8 tahun.

Mobil listrik mulai tumbuh

Sama seperti Indonesia, pasar mobil listrik di Thailand pun mengalami pertumbuhan. Pemerintah Thailand sebelumnya baru saja menyesuaikan harga mobil listrik menjadi lebih terjangkau untuk menarik calon pembeli. Model yang lebih ramah lingkungan disebut bisa menjadi daya tarik bagi konsumen.

Tapi dalam pandangan Federasi Industri Thailand (FTI), harga mobil listrik belum cukup menarik untuk membawa perubahan besar. Sementara itu, ketersediaan fasilitas pengisian atau stasiun pengisian mobil listrik yang masih kurang masih menjadi tantangan bagi pengembangan infrastruktur EV.

Bukan hanya itu, di sisi pasokan, sejumlah pemasok suku cadang mobil lokal juga membutuhkan lebih banyak waktu untuk sepenuhnya mengadopsi teknologi mobil listrik, sebagaimana dijelaskan oleh grup tersebut.

Mobil listrik dianggap sebagai mobil untuk pengendara kaya. Infrastruktur pengisian daya juga masih terbatas di beberapa lokasi. Konsumen yang sudah membeli mobil listrik biasanya mengisi ulang kendaraan mereka di rumah atau area tertentu, seperti mall atau kedai kopi premium.

Jika outlet pengisian EV menjadi lebih banyak tersedia, ini bisa meningkatkan kepercayaan dan keinginan konsumen untuk memiliki mobil listrik.

"Harga EV, stasiun pengisian dan kepercayaan pembeli mobil terhadap fasilitas EV adalah faktor utama yang dapat mendongkrak industri," jelas Surapong Paisitpatanapong, wakil ketua dan juru bicara klub otomotif FTI.

Mobil bertenaga konvensional atau Internal Combustion Engine (ICE) masih mendominasi pemesanan mobil pada Bangkok International Motor Show ke-43, terhitung 31.896 unit dari 33.936 unit, sebagaimana dijelaskan oleh Jaturont Komolmis, wakil ketua pameran motor dan kepala eksekutif Grand Prix International Plc.

Pemesanan mobil listrik naik 10% menjadi 2.040 unit dengan SAIC Motor-CP, produsen dan distributor mobil MG, menerima jumlah pesanan tertinggi. Lalu diikuti oleh pabrikan mobil listrik lainnya semisal Great Wall Motor (GWM) yang berasal dari China.

Menurut FTI, sekitar 2.500 perusahaan suku cadang mobil, termasuk pemasok global utama dan usaha kecil dan menengah, beroperasi di Thailand sebagai produsen peralatan asli atau Original Equipment Manufacturers (OEM), menjual produk mereka ke pasar domestik dan global.

Komite Kebijakan Mobil Listrik Nasional atau National EV Policy Committee yang diumumkan pada bulan Maret 2022 lalu mengumumkan bahwa mereka mempersiapkan mobil listrik menyumbang 50% dari kendaraan yang diproduksi secara lokal pada tahun 2030. Sebagai bagian dari rencana ambisius untuk menjadikan Thailand sebagai pusat produksi mobil listrik regional.

Dengan semakin tingginya pasar mobil listrik di Thailand, ini juga berdampak pada potensi jual beli mobil bekas bertenaga baterai yang lebih besar. Mengingat baterai mobil listrik biasanya memiliki masa pakai lebih dari 10 tahun, butuh waktu bagi mobil listrik bekas untuk bisa menghuni pasar mobil bekas.

Situs jual beli mobil bekas semakin populer

Pandemi semakin mengubah cara berbelanja konsumen, baik untuk kebutuhan sehari-hari sampai dengan membeli mobil bekas. Tanpa harus keluar rumah, konsumen bisa langsung mengetahui kisaran harga mobil bekas yang beragam. Memberikan kemudahan dalam mencari mobil bekas dengan harga terbaik.

Sejalan dengan pertumbuhan pasar mobil bekas, dealer online mulai memasuki pasar Thailand sekaligus bermitra dengan perusahaan lokal. Berbagai dealer dari luar negeri merambah pasar Thailand untuk memperluas jaringan mobil bekas dan meningkatkan pembelian kendaraan secara online.

Dealer berbasis internet tak lupa memanfaatkan basis konsumen yang besar di Thailand sebagai sarana untuk mendorong pertumbuhan mereka. Menurut penelitian konsumen otomotif tahun 2021 dari Deloitte, 21% konsumen di Thailand lebih memilih transaksi virtual untuk membeli kendaraan. Bandingkan dengan 12% dari pembeli di Indonesia dan Filipina yang menginginkan transaksi virtual.

Sama seperti Indonesia, Thailand memiliki berbagai platform jual beli mobil bekas yang bisa dengan mudah diakses. Salah satunya adalah Chobrod, website yang menyediakan berbagai kemudahan bagi konsumen yang ingin membeli mobil bekas pilihan mereka. Bisa dilihat disini : https://chobrod.com/

(Adv)

Baca Juga

Rekomendasi