Terorisme Musuh Bersama, NKRI Harga Mati!

Terorisme Musuh Bersama, NKRI Harga Mati!
Kegiatan FGD (Analisadaily/Zainal Abidin)

Analisadaily.com, Serdang Bedagai - Untuk menangkal dan mengonter penyebaraan paham radikal di wilayah hukum Polres Serdang Bedagai (Sergai) khususnya, dan Sumatera Utara (Sumut) umumnya, Polres Sergai melaksanakan Focus Group Discussin (FGD) dalam rangkai kontra radikal, bertempat di Aula Patriatama Polres Sergai, Kamis (21/9).

Kegiatan yang bertemakan “Terorisme Adalah Musuh Kita Bersama” ini diisi oleh Nasir Abbas (Mantan anggota teroris Jamaah Islamiyah) sebagai narasumber dan dihadiri Kabag Penum Div Humas Mabes Polri, Kombes Pol Nurul Azizah, Kasubbag Renmin Humas Polda Sumut, AKBP Gatot Hendro Hartoni, Kapolres Sergai yang diwakili Wakapolres, Kompol Damos Chistian Aritonang, Kabag Ops Polres Sergai, Kompol LS Siregar, Kasat Intelkam Polres Sergai, AKP Siswoyo, perwakilan Dinas Pendidikan Provsu, Kabid SMP Dinas Pendidikan Sergai, Maryam, perwakilan FKUB Sergai, tokoh agama, MABMI Sergai, perwakilan SMA/SMP/Pesantren, Bhabinkamtibmas Polres Sergai, dan Babinsa Kodim 0204/DS.

Kompol Damos dalam sambutannya mengatakan, “Kita jangan mudah terprovokasi dengan berita hoaks, dan kita harus menjaga keutuhan NKRI, serta mari kita dengarkan penjelasanan dari narasumber untuk dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua.”

Sedangkan Kabag Penum Div Humas Mabes Polri, Kombes Pol Nurul Azizah menyampaikan, terorisme adalah musuh bersama. Oleh karenanya harus mencegah paham radikalisme dan harus menjaga keutuhan NKRI.

“FGD Kontra Radikal yang dilaksakan hari ini merupakan program Kapolri, yang juga upaya preventif untuk mencegah paham radikalisme,” sebutnya.

Nasir Abbas selaku narasumber, dalam penjelasannya menyebutkan, ia merupakan mantan teroris anggota Jamaah Islamiyah, dan ia sangat bersyukur ditangkap dan disadarkan melalui program deradikalisasi untuk memahami ajaran agama Islam yang sebenarnya.

“Saya berasal dari Singapura dan Mantan Pimpinan Jamaah Islamiyah yang sudah pernah berperang di Afghanistan, dan saya memengaruhi orang untuk menjadi pelaku bom bunuh diri, dan mengajak orang berjihad,” katanya.

Menurutnya, ia adalah contoh yang salah dan jangan ada yang menirunya, dan ia sangat menyesal melakukannya, karena di umur 18 tahun sudah meninggalkan keluarga pergi ke Afghanistan.

“Salah guru dapat menjadikan gagal pemahaman tentang ajaran Islam, intoleran itu terkait dengan SARA. Kelompok terorisme seperti JI, JAD, ISIS, NI, HTI ingin menegakkan negara Islam sesuai dengan Khilafah, dengan jalan berjihad memerangi negara Indonesia,” jelasnya.

“Maka saya mengajak, mari memperkokoh Negara Indonesia, dan NKRI harga mati,” ajaknya.

Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab.

(BAH/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi