Pesan Prof Ridha ke Santri Pesantren Al Faruqi Pekanbaru: Wanita Adalah Tiang Moral Sebuah Negara

Pesan Prof Ridha ke Santri Pesantren Al Faruqi Pekanbaru: Wanita Adalah Tiang Moral Sebuah Negara
Pesan Prof Ridha ke Santri Pesantren Al Faruqi Pekanbaru: Wanita Adalah Tiang Moral Sebuah Negara (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Pekanbaru - Wanita memiliki peran strategis dalam meningkatkan moralitas sebuah negara. Bahkan, wanita juga dianggap sebagai tiang moralnya sebuah negara.

Hal itu disampaikan Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof. Dr. dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) saat mengunjungi pondok pesantren Al Faruqi, Pekanbaru, Selasa (21/11).

Dalam rangkaian roadshow kampanyekan gadget sehat di kota ke 17, Prof Ridha mengajak ratusan santriwati untuk sadar bahwa wanita harus memiliki moralnya dalam meningkatkan kualitas bangsa.

"Karena hari ini saya berada di pesantren khusus wanita. Saya ingin menyampaikan bahwa tiang moral bangsa itu ada pada wanita. Jagalah diri kalian dari hal-hal yang tidak bermoral sehingga kalian menjadi generasi berkualitas, yakni generasi pintar, sehat dan bermoral yang baik," ajak Prof Ridha.

Selain itu juga, Prof Ridha mengingatkan bagaimana gadget bisa merusak generasi baik itu dari sisi fisik hingga akibat konten dalam gadget itu sendiri.

"Konten-konten yang ada di gadget saat ini banyak yang dapat merusak moral adik-adik sekalian. Selain itu bisa merusak hal-hal yang menyangkut ahlak terutama dari sisi keperempuanan. Untuk itu lebih bijaklah menggunakan gadget," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Prof Ridha menerangkan fakta yang bisa mengancam para generasi muda terkait penggunaan gadget yang tidak tepat dari sisi fisik. Penggunaan gadget yang tidak tepat lanjut Prof Ridha akan berakibat terhadap kelumpuhan atau kecacatan.

Alhasil, bonus demografi di mana usia produktifnya jauh lebih tinggi di kisaran angka 75 persen yang tengah dihadapi Indonesia saat ini justru bisa berujung menjadi bencana demografi.

"Sehingga niat menuju Indonesia Emas 2045 tentunya tidak akan bisa terwujud. Untuk itu perlu disampaikan bahwa gadget yang pada fungsinya sangat baik dalam penyerapan informasi namun juga memiliki dampak yang buruk untuk kesehatan fisik dan mental jika tidak bijak dalam pemanfaatannya," terang Prof Ridha yang juga berstatus sebagai dokter ahli spsesialis bedah saraf itu.

Di mana Prof Ridha kembali mengulang dua faktor penyebab penggunaan gadget yang tidak tepat, yakni, posisi dan durasi.

"Jika menggunakan gadget dengan posisi yang meyebabkan adanya tekukan pada leher, maka akan ada beban yang ditanggung. Semakin dalam tekukan itu, maka akan semakin berat beban yang ditanggung leher," terang Guru Besar Fakultas Kedokteran USU itu.

Jika ini berlangsung singkat atau hanya beberapa menit lanjut Prof Ridha, hal itu tidak begitu berdampak.

"Tapi jika tekukan itu terjadi lebih dari dua jam dan secara terus menerus, ini menjadi masalah. Maka akan terjadi gangguan yakni saraf kejepit pada bagian leher. Gejalanya yakni berat di pundak, leher pegal, tangan kesemutan, dan bangun tidur tidak segar," ujarnya.

Dulunya gejala ini ungkap Prof Ridha, sering dirasakan orang tua usia 60 tahun ke atas, tapi sekarang mulai dirasakan remaja baik tingkat SMA, SMP bahkan anak SD.

"Parahnya lagi, jika gejala awal itu diabaikan dan terus menggunakan gadget dengan posisi yang salah dan dalam durasi waktu yang lama maka yang terjadi adalah kematian saraf," ucapnya lagi.

Kematian saraf ini ungkap Prof Ridha jauh lebih berbahaya dan berujung cacat dengan gejala yang dialami adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil loss atau tidak terasa dan seksualitas bagi kaum lelaki hilang.

"Jika seperti ini maka tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang bisa mengembalikan," sebutnya.

Sehingga yang terjadi, 5 hingga 10 tahun ke depan Indonesia akan melahirkan generasi yang cacat.

Untuk itulah dirinya menganggap pentingnya gerakan gadget sehat hadir di Indonesia dalam upaya menyelamatkan generasi muda dari situasi bonus demografi.

"Sekali lagi saya ajak agar memanfaatkan bonus demografi agar Indonesia bisa masuk jajaran lima besar dunia dan tujuan mulia penyelamatan generasi bangsa menuju Indonesia Emas 2045 bisa terwujud," harap Prof Ridha.

Dalam kesempatan yang sama, Pimpinan Pondok Pesantren Al Faruqi, Marsiadi Hassan, Lc, M. Sha mengaku khawatir akan perkembangan zaman saat ini.

"Jika zaman saya dulu yang ada hanya tivi, itupun siarannya tidak terlalu banyak. Kalau sekarang banyak tontonan dan juga permainan yang bisa mengganggu masa depan generasi muda saat ini," ucapnya.

Dengan tantangan yang lebih berat saat ini, kami melihat kaum wanita lebih besar resiko terpapar bahaya gadget.

"Itu jugalah alasan kami mendirikan pondok pesantren ini demi menyelamatkan generasi muda terkhusus kaum wanita agar mampu mempersiapkan dirinya menjadi generasi yang berahlak," katanya lagi.

Apalagi, belum lama ini bilang Marsiadi, ada berita di pulau Jawa siswi puluhan SMP hamil di luar nikah. Solusi yang diberikann kepada para siswi tersebut tetap boleh mengikuti pendidikan setelah melahirkan.

"Satu sisi baik dalam menjaga masa depan mereka, tapi satu sisi lainnya mereka tidak lagi merasa tabu. Padahal, dulunya masalah seperti ini sangat tabu bahkan untuk dibicarakan di masyarakat kita," ucapnya.

Sehingga itu jugalah kehadiran Prof Ridha di Pekanbaru sebut Marsiadi begitu diharapkan agar para santriwati memahami bagaimana penggunaan gadget sehat baik secara fisik maupun mental.

"Agar harapan kita melahirkan generasi berkualitas menuju Indonesia Emas 2045 bisa benar-benar terwujud," ujarnya mengakhiri.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi