Hijaukan Laboratorium Pangan: Penanganan Limbah Efektif

Hijaukan Laboratorium Pangan: Penanganan Limbah Efektif
Ilustrasi. (Analisadaily/Istimewa)

Oleh: Febby Intan Sari S.TP dan Prof. Ir. Hotnida Sinaga, M.Phil, Ph.D*

PENGOLAHAN dan analisis di laboratorium pangan adalahpokok dari kualitas dan keamanan makanan. Namun, dibalikserangkaian uji dan pengolahan tersebut, seringkali terabaikanpentingnya penanganan limbah. Penanganan limbah di laboratorium pangan bukan hanya sekadar tugas rutin, melainkan elemen kritis dalam mendukung keberlanjutan dan integritas lingkungan. Dalam dekade terakhir, kekhawatiranakan dampak lingkungan dari aktivitas manusia telah semakinmeningkat, dan industri pangan tidak terkecuali. Penangananlimbah di laboratorium pangan menjadi semakin penting, bukanhanya sebagai kewajiban etika, tetapi juga sebagai tanggungjawab terhadap generasi mendatang. Praktik penanganan limbahyang efektif memiliki potensi untuk mengurangi jejaklingkungan, mengurangi risiko pencemaran, dan merangsanginovasi teknologi hijau di industri pangan.

Prinsip penanganan limbah adalah pemisahan dan pengurangan volume. Jenis limbah harus diidentifikasi dan dipilah-pilah serta mengurangi keseluruhan volume limbahsecara kontinyu. Dalam memilah dan mengurangi volume limbah harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini: a)kelancaran penanganan dan penampungan limbah; b) pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuankhusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non-B3; c) mengusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3; d) pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagaijenis limbah untuk mengurangi biaya, tenaga kerja dan pembuangan.

Kunci pembuangan yang baik adalah denganmemisahkan langsung limbah berbahaya dari semua limbah di tempat penghasil limbah. Tempatkan masing- masing jenislimbah dalam kantong atau kontainer yang sama untukpenyimpanan, pengangkutan dan pembuangan untukmengurangi kemungkinan kesalahan petugas dan penanganannya. Keberhasilan pemisahan limbah tergantungkepada kesadaran, prosedur yang jelas serta keterampilanpetugas sampah pada semua tingkat.

Laboratorium dapat menjadi salah satu sumber penghasillimbah cair, padat dan gas yang berbahaya bila tidak ditanganisecara benar. Karena itu pengolahan limbah harus dilakukandengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak negatif. Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu :a) bahan baku yang sudah kadaluarsa; b) bahan habis pakai; c) produk proses di dalam laboratorium.

Berdasarkan wujudnya limbah dibagi menjadi 3 bagianyaitu limbah padat, cair dan gas. Limbah padat adalah hasilbuangan laboratorium berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa kegiatan laboratorium. Limbah cair adalah sisadari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair. Limbahgas dapat menyebabkan polusi udara, yaitu tercemarnya udaraoleh berberapa partikulat zat (limbah) yang mengandungpartikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.

Meskipun secara alamiah udara mengandung unsur kimiaseperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan lain-lain, namun penambahangas ke dalam udara melampaui kandungan alami akanmenurunkan kualitas udara.

Setiap limbah mempunyai cara pengolahan tersendiritergantung dari jenisnya. Pertama, limbah padat. Ada 2 caramengolahan limbah padat yaitu ditanam (land-fil) atau dibakar(insenerasi). Pada metode land-fill, sampah ditimbun dalamlubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untukmencegah perembesan limbah ke tanah.

Pada land-fill yang lebih modern, biasanya dibuat sistem lapisan ganda (plastiklempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairanserta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkanlistrik. Sedangkan, metode insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang disebutinsinerator.

Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90%). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapatdimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanasruangan.

Kedua, limbah cair. Sistem penanganan limbah cair harusmemenuhi persyaratan berikut: a) tidak mengakibatkankontaminasi terhadap sumber air minum; b) tidakmengakibatkan pencemaran udara pada permukaan; c) tidakmenimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air; d) tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang mengakibatkan penyakit; e) tidak terbuka dan harus tertutup; f) Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap. Penangananlimbah cair dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu secara kimia, fisika dan biologi.

Penanganan limbah cair secara kimiadilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidakmudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun. Pada proses ini dilakukan denganmembubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Pengolahan limbah secara fisika dilakukan dengan carapenyaringan (screening). Cara ini relatif efisien dan murah untukmenyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar.

Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secaramudah dengan proses pengendapan. Pengolahan limbah secarabiologi dapat diaplikasikan untuk semua bahan cairbiodegradable. Pengolahan secara biologi juga dipandangsebagai pengolahan yang paling murah dan efisien.

Ketiga, limbah fasa gas. Penanganan limbah gas dapatdilakukan dengan mengurangi emisi gas buang, antara lain dengan menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebihsedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.

Cara lain dengan menghilangkan materi partikulat dari udarapembuangan. Cara ini dapat dilakukan dengan beberapa cara: a) filter udara untuk memfilter material yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungansehingga hanya udara bersih yang saja keluar dari cerobongasap; b) pengendap siklon atau cyclone separators, adalahpengedap debu/abu yang ikut dalam gas buangan atau udaradalam ruang pabrik yang berdebu; c) membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat; d) pengendap elektrostatik, yaitu menggunakan arus listrik untukmengionkan limbah. Kotoran udara menjadi ion negatifsedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai.

Melalui langkah-langkah ini, laboratorium pangan tidakhanya mematuhi regulasi tetapi juga berperan sebagai agenperubahan positif dalam upaya untuk melindungi lingkungandan mendorong inovasi berkelanjutan. Implementasi penanganan limbah ini bukan hanya tanggung jawab etika, melainkan juga investasi jangka panjang dalam keberlanjutan lingkungan.

*Magister Ilmu Pangan Universitas Sumatera Utara

(BR)

Baca Juga

Rekomendasi