
POLISI adalah penjaga hukum masyarakat atau pranata umum sipil yang menjaga ketertiban, keamanan dan penegakan hukum di seluruh wilayah negara. Tugas mereka, antara lain memelihara keamanan dan ketertiban umum, menangkap orang yang melanggar undang-undang, dan sebagainya.
Akan tetapi, polisi bukanlah otoritas yang memutuskan siapa saja yang pantas dibunuh atau dihukum. Kepolisian, selaku lembaganya, bertanggung jawab di bawah hukum dan konstitusi. Mereka juga tidak bisa memutuskan sebuah perkara hukum di tangan mereka sendiri.
Namun, ada kasus di sejumlah negara di dunia di mana polisi diketahui telah melampaui peran dasar mereka. Beberapa pasukan terkadang menempatkan tugas mereka seseuai "tempatnya", tetapi ada pula yang melampaui batas. Berikut beberapa negara dengan kebrutalan polisi terburuk di dunia:
1. Pakistan
Polisi di Pakistan dikenal karena dianggap kerap melakukan korupsi dan bertindak sewenang-wenang. Mereka juga memiliki reputasi buruk karena beberapa kali melakukan pembunuhan di luar proses hukum.
Menurut data Human Rights Commission of Pakistan (HRCP), sebanyak 6.610 pria dan 23 wanita, serta 12 korban kekerasan dilakukan polisi selama periode 2014 hingga Mei 2018. Dari jumlah tersebut, 3.345 orang terbunuh.
Ada banyak kasus pembunuhan di luar hukum dan kebrutalan polisi di Pakistan. Beberapa contoh seperti insiden Model Town (14 demonstran tewas karena tembakan polisi), pembunuhan model Naqeebullah Mehsud, dan masih banyak lagi.
2. Afrika Selatan
Sebuah data menunjukkan bahwa jumlah orang yang dibunuh polisi di Afrika Selatan, meningkat setiap tahunnya. Jika semua gugatan perdata terhadap polisi ditegakkan, anggaran pemerintah akan dikonsumsi di pengadilan saja.
Angka tentang penyiksaan polisi dan pemerkosaan oknum berseragam, terus meningkat tajam setiap tahunnya. Pada 2016, dilaporkan ada 244 kematian dan 124 perkosaan oleh oknum berseragam polisi di Afrika Selatan. Sedangkan 145 kasus penyiksaan oleh polisi juga dilaporkan pada tahun yang sama.
3. Mesir
Seorang perwira CIA, pada 2004, mengklaim bahwa jika seseorang ingin "menghilang dari planet ini", maka dia harus dikirim ke Mesir.
Situasi di Negeri Piramida dikatakan semakin memburuk setelah ' Arab Spring. Menurut Nadeem Centre, 600 penyiksaan lokal dilaporkan terjadi pada tahun 2015 bersama dengan 40.000 penangkapan, 1.265 laporan orang hilang dan 267 pembunuhan.
Banyak dari insiden tersebut dilakukan untuk mendukung kudeta militer yang menguntungkan Abdul Fattah Said Hussein Khalil as-Sisi, presiden Mesir saat ini.
4. Somalia
Kepolisian Somalia bisa digambarkan kacau, seperti kondisi dalam negeri negara itu sendiri akibat perang saudara. Lebih 1.000 perwira polisi yang dilatih militer Jerman, dilaporkan menghilang dan diduga bergabung dengan milisi Islam pada 2009.
Pasukan tersebut tidak dibayar dan menggunakan tindakan ilegal untuk meningkatkan pendapatan mereka. Perampasan properti pribadi dan paksaan pemberian uang yang dilakukan polisi Somalia terhadap penduduk di sana, terutama untuk suap, adalah pemandangan yang lumrah.
Selain itu, ada pula laporan yang menyebut bahwa polisi tidak lagi menangani kasus kejahatan dan mendukung ketidakadilan, dengan imbalan uang suap. Di satu sisi, berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki negara ini, tetapi sampai sekarang belum banyak berhasil.
5. Rusia
Pembunuhan dalam tahanan dan kekerasan polisi di Rusia disebut sangat umum terjadi, sehingga hampir tidak dilaporkan. Tak lagi menarik untuk dijadikan berita.
Satu kasus paling terkenal baru-baru ini adalah kasus kematian yang menimpa penabuh drum dari grup musik lokal yang berjaya di 1970-an, Sergei Pestov. Dia adalah drummer band Zhar-Ptitsa.
Pada 4 September 2015, Pestov, yang saat itu berusia 57 tahun, baru saja meletakkan stik drumnya setelah manggung di sebuah garasi yang dikonversi di Dubna, sebuah kota kecil dekat Moskow, ketika petugas polisi menyerbu masuk. Seketika, polisi pun menangkap Pestov dengan tuduhan kepemilikan narkoba.
Pagi berikutnya, istri Pestov, Irina, menerima kabar duka. Suaminya dilaporkan meninggal setelah menjalani pemeriksaan dan ditahan semalaman oleh polisi Rusia. Anehnya, di tubuh Pestov ditemukan banyak luka memar.
Pestov dikabarkan meregang nyawa di rumah sakit setempat. Para aktivis HAM lokal menduga bahwa Pestov adalah korban penyiksaan petugas kepolisian Rusia.
6. Kenya
Menurut laporan survei terbaru dari Transparency International, 92% warga sipil Kenya menilai polisi di negaranya sebagai yang paling korup. Banyak penduduk yang telah membayar suap kepada polisi selama 12 bulan terakhir.
Penyalahgunaan ini dimanfaatkan orang-orang untuk mendapatkan akses masuk ke berbagai layanan, seperti Bea Cukai, perawatan kesehatan, pendidikan, kepolisian, pendaftaran dan izin khusus. Masyarakat Kenya bahkan membayar suap pada sejumlah layanan umum.
7. Haiti
Polisi Haiti secara negatif mempengaruhi masyarakat dan budaya lokal dengan praktik yang tidak etis.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kepolisian Nasional Haiti (HNP) telah melanggar berbagai hak asasi manusia dan undang-undang, seperti penculikan, perdagangan narkoba dan melakukan tindak brutal.
Mereka bahkan menolak mencegah atau menanggapi kekerasan terkait geng. Pelanggaran hukum HNP tampaknya telah sedikit mereda setelah bencana gempa bumi mengguncang negara tersebut pada Januari 2010.
8. Brazil
Di negara ini sangat umum jika polisi membunuh ketika mereka mencoba untuk mengendalikan massa dan pendudukan tanah ilegal.
Kepolisian bahkan seolah-olah memiliki tiket gratis dari pemerintah untuk mengendalikan situasi sesuai keinginan. Hampir setiap kematian dianggap sebagai bela diri. Masalahnya adalah polisi berusaha mengendalikan kebrutalan dengan kebrutalan, akibat perang geng yang tak kunjung mereda.
9. Iran
Melihat demonstrasi Ashura tahun 2009 akan memberi Anda gambaran tentang tingkat kebrutalan polisi di Iran. Polisi dan pihak berwenang melaporkan 36 kematian, namun para pemrotes mengklaim bahwa angka tersebut jauh lebih tinggi.
Asyura adalah peringatan hari ketidakadilan dalam sejarah Islam. Ini adalah hari dimana umat Islam Syiah berusaha untuk mengakhiri kekerasan dan ketidakadilan namun polisi menggunakan tindakan brutal terhadap orang-orang dalam prosesi di Ashura.
10. Amerika Serikat (AS)
Mengejutkan sepertinya, tapi AS dianggap sebagai negara dengan kepolisian yang bertindak paling brutal terutama setelah peristiwa 9/11. Akibat awal perang melawan terorisme ini, memberi kekebalan kepada polisi di negara tersebut terhadap hak hukum dan hak sipil (secara tidak konstitusional dalam beberapa kasus).
Baru-baru ini, telah terjadi banyak pembunuhan karena polisi "meragukan" aktivitas kriminalnya. Orang-orang yang tidak bersalah dibunuh atau dihukum mati setelah diadili karena polisi menunjukkan impunitas sehubungan dengan hak-hak sipil dalam hal perang melawan terorisme mereka. (wndlist/es)