Penertiban Ricuh, Dua Pengungsi Afganistan Dilarikan ke Rumah Sakit

Penertiban Ricuh, Dua Pengungsi Afganistan Dilarikan ke Rumah Sakit
Seorang pengungsi mencoba menahan rekannya saat terjadi tarik menarik dalam penertiban oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan terhadap pengungsi di depan kantor Komisioner Tinggi untuk Pengungsi (UNHCR) di Jalan Imam Bonjol, Rabu (15/12). (Analisadaily/Christison Sondang Pane)

Analisadaily.com, Medan – Penertiban pengungsi asal Afganistan yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan di depan kantor Komisioner Tinggi untuk Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) di Jalan Imam Bonjol, Rabu (15/12) berujung kericuhan, hingga mengakibatkan dua orang imigran dilarikan ke rumah sakit Siloam.

Awalnya, penertiban berjalan baik saat tenda-tenda pengungsi dibuka dan akan dibawa ke rumah pengugsian di Jalan Dr Masyur. Namun pada saat yang sama, petugas yang juga meminta para pengungsi agar pulang dan meninggalkan lokasi, justru mendapat penolakan dan terjadilah saling tarik menarik tenda yang sudah dipasang dan dorong mendorong tak terelakkan.

Keadaan ricuh itu pun berjalan hampir 30 menit dan dua orang pengungsi jatuh pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Tidak lama kemudian, keadaan kembali tenang karena pengungsi dan petugas mencoba melakukan dialog agar tidak ada lagi pemaksaan.

Selanjutnya, dialog terus dilakukan, tetapi tidak juga menemukan titik terang, karena pengungsi tetap menolak untuk pergi, sebelum bertemu dengan perwakilan UNCHR atau pun Organisasi untuk Migrasi (IOM). Namun akhirnya, setelah keduanya melakukan pembicaraan lebih intensif maka para pengungsi bersedia meninggalkan lokasi dan diantar langsung ke rumah pengungsian.

Pelaksana Tugas Kepala Satuan Polisi (Satpol) Pamong Praja (PP) Kota Medan, Rakhmat mengatakan, tempat saudara-saudara pengungsi berdemonstrasi ini kan merupakan fasilitas umum, yang sudah berlangsung sampai berbulan-bulan, apalagi kondisi sekarang kan masih pandemi Covid-19.

Tidak hanya itu, Rakhmat juga menyampaikan soal mengganggu ketertiban umum dan termasuk juga mengganggu kegiatan orang lain dalam berusuha. Jadi, yang diharapkan adalah para pengungsi bisa kembali ke rumah dan kepulanganya difasilitasi, termasuk pengamanan dengan pihak Kepolisian.

“Sebelumnya juga, sesuai yang disampaikan UNHCR, IOM dengan Wali Kota Medan, Bobby Nasution, dan bapak Wali Kota mengatakan siap memfasilitasi pemidahan pengungsi ke tempat mereka masing-masing di Kota Medan. Tadi ada penolakan, itu bisa, karena mereka memaksa untuk tetap tinggal dan dipindahkan ke negara ketiga,” kata Rakhmat usai menyuru pengungsi naik ke mobil untuk pulang, sembari menambahkan, jika pengungsi kembali lagi maka akan dilakukan tindakan yang sama.

Koordinator Aksi, Muhammad Zuma mengatakan, ia bersama teman-temannya sesama pengungsi sudah berada di sini kurang lebih 48 hari, namun sayangnya mereka tidak menemukan jawaban yang positif dari UNHCR. Di samping itu, ia mengaku kecewa dengan reaksi negatif yang dilakukan petugas dari Satpol.

“Kami tidak ada dihargai, tiga teman kami kena pukul, dua antaranya masuk rumah sakit. Sampai sekarang tidak tahu apa dosa dan salah kami. Kita sangat kecewa dengan bapak-bapak Satpol,” ucap Zuma setelah rekan-rekannya menuruti ajakan petugas untuk naik ke mobil dan pulang ke rumah penginapan.

Belum Ada Kepastian

Pengungsi sudah berunjuk rasa di depan kantor UNHCR sejak Senin (1/11) awal bulan lalu. Namun hingga sekarang warga Afghanistan sudah lebih dari 10 tahun tinggal di Indonesia, termasuk di Kota Medan belum mendapatkan jawaban pasti.

"Kita juga sudah melakukan beberapa kali aksi damai ke lokasi yang berbeda dan satupun tidak mendengar suara kami. Karena itu kami akhirnya datang ke Kantor UNHCR," kata Zuma saat itu.

"Kami pun memutuskan untuk menginap di sini. Karena sudah minta agar mereka turun, tapi tidak didengar. Kami akan tetap di sini sampai kami dapat jawaban yang jelas dan kami ingin segera keluar dari hidup yang tidak jelas," tegas Muhammad.

Dua pekan kemudian, Kamis (18/11), Satpol PP Kota Medan melakukan penertiban tenda-tenda darurat yang didirikan Zuma dan kawan-kawan. Kondisi itu membuat pengungsi memutuskan untuk pindah tempat ke depan pintu masuk kantor UNCHR. Di sana, mereka juga mendapat penolakan dan terjadi saling dorong dengan petugas keamanan atau security gedung.

Pada Selasa (30/11), para pengungsi dikejutkan, karena salah seorang dari imigran nekat membakar dirinya. Beruntung api yang membakar tubuhnya cepat dipadamkan sehingga tidak berujung fatal, meskipun sebagian tubuh tubuh mengalami luka bakar.

Juma mengatakan, rekannya berinisial AS yang membakar diri mengalami depresi dan stres lantaran sampai saat ini tak mendapat kejelasan tentang masa depannya untuk diberangkatkan ke negara ketiga.

Communications Associate UNHCR Indonesia, Dwi Prafitria menanggapi kejadian itu dengan menyampaikan turut prihatin. Atas peristiwa itu, AS akan mendapat perawatan yang maksimal.

"Staf kami sedang melakukan koordinasi di lapangan dengan semua pihak terkait untuk memastikan pengungsi ini mendapatkan perawatan yang dibutuhkan, dan juga memastikan agar situasi dapat diatasi," kata Dwi.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi