YM Bhikkhu Jinadhammo Mahathera Dikremasi di PJM Komplek MMTC, Selamat Jalan “Eyang”

YM Bhikkhu Jinadhammo Mahathera Dikremasi di PJM Komplek MMTC, Selamat Jalan “Eyang”
YM Bhikkhu Jinadhammo Mahathera semasa hidup (Sumber Foto: Truth Buddha)

Analisadaily.com, Medan - Umat Buddha berduka dengan wafatnya sesepuh Sangha Agung Indonesia, YM Bhikkhu Jinadhammo Mahathera. YM. Bhikkhu Jinadhammo Mahathera merupakan Bhikkhu Theravada paling senior di Indonesia yang sudah melewati 53 vassa.

Bhikkhu Theravada paling senior di Indonesia ini wafat pada 26 Januari 2023 pukul 04.00 WIB di Medan, Sumatera Utara (Sumut).

Bhikkhu Y.M. Jinadhammo Mahathera akan dikremasi hari ini, Sabtu (4/2) di Prasadha Jinadhammo (PJM) Komplek MMTC, Jalan Willem Iskandar/Jalan Pancing, Medan Estate, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang, Sumut.

Dilansir dari berbagai sumber, hal itu disampaikan Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Sumut, Eddy Sujono, Jumat (3/2) di Medan. “Kremasinya akan dilakukan di Prasadha Jinadhammo (PJM) Komplek MMTC,” Eddy Sujono Setiawan menuturkan.

Dilansir dari Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama RI, selama pengabdiannya, YM Bhikkhu Jinadhammo Mahathera sangat disayangi, dihormati, dikagumi, oleh umat Buddha karena hidup dengan kesederhanaan dan keteguhan dalam prinsipnya. Umat Buddha menyebut YM. Bhikkhu Jinadhammo Mahathera dengan sebutan “Eyang”.

Buddhazine.com menulis, “Eyang” lahir pada 3 September 1944 di Dasa Gepok, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, dari pasangan Adma Mustam dan Sadiem dengan nama asli Sunardi.

Semasa kecil, Sunardi sering sakit-sakitan dan berpindah-pindah mengikuti keluarganya karena pada waktu itu masih suasana perang melawan penjajah di daerah Jawa.

Hal itu tidak menyurutkan Sunardi untuk belajar dengan mengikuti Sekolah Rakyat, dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni Sekolah Menengah Pertama dan aktif dalam kegiatan keterampilan hidup mandiri.

Sunardi juga pandai mengukir batu, batok kelapa sampai tukang cukur rambut. Masa remaja, Sunardi kerap mengunjungi tempat-tempat keramaian, terutama pertunjukan wayang kulit, sampai hafal semua lakon dan tokoh pewayangan.

Sunardi juga sering berkunjung ke Candi Borobudur dan Candi Pambanan, sehingga penasarang dengan kemegahan candi, ukir-ukiran relief dan patung. Mulai saat itu Sunardi tertarik dan rutin mempelajari Agama Buddha.

Medio 1960, Soenardi bertemu dengan Bhikkhu Ashin Jinarakkhita di Bandung, lalu belajar paritta-paritta suci dan Buddha Dhamma yang mendalam, dan sering ditunjuk menjadi pemimpin kebaktian (Upacarika), untuk mahasiswa-mahasiswi di Vihara Vimala Dharma Bandung.

Dari kesempatan itu, Sunardi mulai bergabung dalam organisasi agama Buddha di Bandung tahun 1962. Setelah kurang lebih 1 tahun di Bandung, ia ditugaskan Bhikkhu Ashin Jinarakkhita untuk mengembangkan Buddha Dharma di wilayah Sumatera, khususnya Medan, Padang, dan Pekanbaru.

Diupasampada Tradisi Theravada dengan Nama Bhikkhu Jinadhammo

Sunardi ditahbiskan menjadi Samanera (calon Bhikkhu) oleh Bhikkhu Ashin Jinarakkhita dengan nama Dhammasushiyo. Akhirnya Samanera Dhammasushiyo mengambil keputusan untuk menjadi seorang Bhikkhu.

Sunardi diupasampada tradisi Theravada dengan nama Bhikkhu Jinadhammo, bersama dengan 4 orang samanera lain. Upacara upasampada dilakukan di Candi Borobudur, bertepatan dengan hari Vesakha Puja, 8 Mei 1970.

Penabhisan kelima samanera menjadi Bhikkhu tersebut dilakukan oleh Ven Chaukun Sana Sobhana (Wakil Sangharaja Tailand waktu itu dan kemudian menjadi Sangharaja).

Setelah diupasampada, Bhikkhu Jinadhammo berangkat ke Bangkok, Thailand, untuk belajar pendalaman Agama Buddha, khususnya pelajaran vinaya dan berlatih meditasi pada para Bhikku yang ahli seperti guru meditasi termasyur Ajan Boowa di Vihara hutan Udonthani.

Setelah sekitar 3 tahun, Bhikkhu Jinadhammo kembali ke Indonesia dan bertugas untuk membina Umat Buddha di Pulau Sumatera, dan bermukim di Vihara Borobudur Medan.

Karena rumah ibadah agama Buddha masih jarang, Bhikkhu Jinadhammo mulai membangun vihara dan cetiya di wilayah Sumatera, dan sering diminta umat untuk mengirim tenaga pengajar agama Buddha, baik di vihara maupun di sekolah dengan mendatangkan tenaga guru dari Pulau Jawa agar dapat memberikan pelayanan kepada umat Buddha.

Bhikkhu Jinadhammo mendapat anugerah gelar kehormatan dari Kerajaan Thailand sebagai Than Choukun Phra Vithetdhammanyana. Pada 5 Desember 2016, gelar kehormatan ini diberikan kepada Bhante Jinadhammo atas pengabdiannya membabarkan Buddha Dhamma di Indonesia.

Dalam pengabdiannya, Bhikkhu Jinadhammo dikenal sebagai sosok non-sekterian. Bhikkhu Jinadhammo juga sering memberi ceramah dan menghadiri perayaan hari besar Agama Buddha di vihara-vihara Mahayana.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi