Analisadaily.com, Pematangsiantar - Pada sebuah malam yang teduh di Kota Pematangsiantar, ketika lampu-lampu Taman Asana Garden memantulkan kilau hangat ke dinding-dinding Cafe Masyahmidun, Keluarga Besar DPD Ormas MKGR Provinsi Sumatera Utara berkumpul untuk sebuah hening syukur.
Malam syahdu itu di Jalan Kasuari pada Senin (17/11) malam, tasyakuran penganugerahan gelar Pahlawan Nasional bagi Jenderal Besar Indonesia, TNI HM. Soeharto berubah menjadi ruang perenungan bersama lebih dari sekadar seremoni, tetapi sebuah perjalanan batin.
Acara ini dipimpin oleh Ketua MKGR Sumut, Darma Putra Rangkuti, SHut, MSi, yang juga menjabat Ketua Bapemperda DPRD Sumut. Dengan suara tenang namun teguh dan teduh, ia mengajak hadirin menundukkan hati.
“Tasyakuran ini bukan hanya penghormatan, melainkan cermin bagi kita semua untuk kembali pada nilai keteladanan,” tutur Darma dalam sambutannya.
Jejak nilai dalam malamRangkaian acara dibuka pukul 20.00 WIB. Lagu Indonesia Raya, Hymne dan Mars MKGR, serta Mars Partai Golkar mengisi ruangan dengan energi kebangsaan. Potong tumpeng dilakukan sebagai simbol syukur, diikuti penyerahan bakti sosial sebuah bentuk kecil dari nilai berbagi yang selalu dijaga MKGR.
Satu per satu tokoh hadir memberikan sambutan.
Di antaranya Drs. H. Syahmidun Saragih, mantan Ketua DPRD Simalungun yang tetap eksis dan dihormati masyarakat. Ia dikenal sebagai sosok yang merakyat, politikus ulung yang tetap memelihara kedekatan dengan masyarakat.
“Malam seperti ini mengingatkan kita bahwa nilai seorang pahlawan bukan pada gelarnya, tetapi pada warisan kebermanfaatannya,” ujar Syahmidun dengan suara berpengalaman yang mengisi ruang dengan kehangatan.
Ketua DPD Partai Golkar Kota Pematangsiantar Mangatas Maruli Tua Silalahi, Ketua DPC Ormas MKGR Pematangsiantar Daud Simanjuntak, serta berbagai tokoh masyarakat turut hadir melengkapi malam refleksi tersebut.
Namun benang merah yang paling terasa malam itu adalah kesederhanaan. Kesederhanaan yang justru memunculkan keagungan sebuah pengabdian.
Dalam puncak acara, Darma Putra Rangkuti kembali menegaskan arah langkah MKGR Sumut. “Nilai tidak boleh berhenti pada acara, tetapi harus berjalan dalam tindakan: berbagi, menguatkan, dan bekerja untuk sesama.”
Hadirin merasakan kehangatan yang sama seperti yang ia sampaikan melalui pesan singkatnya, nada rendah, santun, dan penuh penghargaan. Sebuah ciri khas yang membuatnya dihormati banyak pihak.
Di sela kegiatan, obrolan kecil mengalir, termasuk soal figur Syahmidun Saragih, tokoh yang disebut sebagai “pendekatan yang merakyat”.
Pesan itu menegaskan bahwa figur-figur dengan perjalanan hidup yang tidak mudah memang pantas dijadikan inspirasi.
Dan benar, malam itu terasa seperti ruang membangkitkan semangat bersama. MKGR Simalungun menyusul dengan kegiatan yang sama malam berikutnya.pada
Menariknya, tasyakuran serupa tidak berhenti di Pematangsiantar. MKGR Simalungun menggelar acara dengan format yang sama pada malam berikutnya, sebagai rangkaian penghormatan terhadap gelar Pahlawan Nasional Jenderal Besar Soeharto.
Semangat yang mengalir dari Pematangsiantar kini menyalakan nyala yang sama di Simalungun. Dari Sumut untuk Indonesia, nilai-nilai ini terus dirawat.
Ketika doa terakhir dipanjatkan dan sesi foto bersama ditutup, malam syahdu itu meninggalkan pesan sunyi namun kuat, Bahwa pengabdian seorang pahlawan bukan untuk dikenang semata, tetapi untuk diteruskan.
MKGR Sumut, melalui kesederhanaan malam itu, telah menyalakan kembali api kecil itu api keteladanan yang ingin terus dijaga, lintas generasi dan lintas ruang.
(RRS/NAI)











