Tulisan Ketiga - Becak Hongkong di Medan

Mendayung Sejarah Becak Hongkong

Mendayung Sejarah Becak Hongkong
Koeli rikshaw dan penumpang perempuan Eropa dan anaknya di Medan sekitar awal abad 19 dan 20 (Dok. KITLV)

Analisadaily.com, Medan - Darimana asal rikshaw? Bonny Tan, dalam Singaporeinfopedia menyebutkan bahwa rikshaw diciptakan di Jepang tahun 1869. Orang Jepang menyebutnya jinrikisha, yang berarti "kereta bertenaga manusia". Awalnya digunakan sebagai kendaraan pribadi untuk keluarga bangsawan. Jinricksha segera menjadi sarana transportasi populer dengan lebih dari 150.000 di antaranya tersedia di Jepang dalam satu dekade sejak penemuannya.

Namanya lalu disingkat menjadi “rickshaw” pada pergantian abad karena gerbong ini diekspor ke seluruh Asia dan menjadi pemandangan umum di jalan-jalan kota besar seperti Yokohama, Jepang; Kalkuta, India; dan Shanghai, Cina.

Rikshaw Dilarang di Jawa

Di Hindia Belanda, rikshaw hanya dibolehkan beroperasi sebagai moda transportasi umum di Sumatera Timur, yakni Medan. Di Jawa rikshaw dilarang. (M.W.F. Treub, Nederland in de Oost). Karena itu tahun 1930-an saat Lea Jelannik dalam buku karyanya Seperti Roda Berputar, Perubahan Sosial Sebuah Kampung di Jakarta (LP3ES: 1994), menyebut bahwa becak di Batavia didatangkan dari Singapura dan Hongkong, barangkali dalam hal ini bukan becak roda dua yang ditarik manusia, tapi becak berkaki tiga yang digenjot tenaga manusia, atau dikenal populet disebut becak dayung. Transportasi publik di Kota Batavia sejak awal abad ke-19 sudah sudah tetgolong modern. Ada trem, kereta api, mobil taksi selain delman.

Tak sedikit orang Tionghoa di Batavia memiliki usaha mobil taksi. Bahkan di kota kecil seperti Salatiga, tahun 1920 sudah ada angkutan mobil Esto, kepanjangan dari Eerste Salatigagasche Transport Onderneeming, milik Kwa Tjan Ing, yang disebut-sebut perintis kota Salatiga. (Eddy Supangkat:2007).

Koeli rikshaw di Medan antara 1927 dan 1932 (Dok KITLV)
Siapa Pencipta Rikshaw

Lalu siapa orang yang berjasa menciptakan rikshaw ini?

Sebuah tulisan di De Sumatra Post edisi 15 Desember 1930 menyebut ada beberapa versi tentang penemu atau pencipta rikshaw. Pertama ada yang mengatakan bahwa penciptanya adalah Izumi Yosuke dari Tokyo. Ia terinspirasi saat melihat kereta ringan yang ditarik oleh seekor kuda. Dari situ, ia memiliki ide untuk membuat kereta yang lebih ringan yang dapat ditarik oleh seorang pria. Dan rikshaw buatannya konon sudah digunakan secara luas pada tahun 1872 di Jepang. Pemerintah Jepang juga telah memberi hadiah 150 yen kepada Izumi Yosuke atas temuannya tersebut.

Kedua, versi yang menyebut penemunya adalah seorang orang kaya raya tua di Kyoto. Namun orang kaya ini lumpuh. Saat bepergian kemana-mana, ia selalu ditandu. Lama kelamaan ia merasa bosan, tidak suka, lalu ia memikirkan alat lain. Ketiga, ada juga yang mengatakan bahwa penemunya adalah Akiha Daisuke, tetapi konstruksi keretanya dibuat olehh Takayama Kosaku, yang memperoleh izin khusus untuk itu. Keempat ada yang menyebut peneju rikshaw adalah seorang misionaris Amerika bernama Goble di Jepang.

Terlepas dari siapa sebenarnya penemu rikahaw, di Singapura menurut Bonny Tan, rikshaw mulai digunakan sebagai alat transportasi utama pada masa kolonial. Menarik becak adalah sumber pendapatan utama bagi ribuan imigran Tiongkok. (https://eresources.nlb.gov.sg/infopedia/articles/SIP_947_2005-01-25.html).

Mengutip Sumatra Post, tahun 1922 diperkirakan ada 12.000 rikshaw (Sumatra Post, 30/11/1922). Sedang di Medan tahun 1914, disebutkan ada 500 rikshaw dengan 800 koeli yang menggantungkan hidup mereka dari becak hongkong ini. Di Sumatera, rikshaw juga terdapat di Aceh. Sejak alat angkut tradisional beroda dua menggunakan tenaga manusia menyebar ke negara-negara Asia, terutama berdiam komunitas Tionghoa, berbagai kontroversi muncul. Kampanye untuk menghapus rikshaw muncul di berbagai tempat, tak terkecuali di Medan.

Dari Dehumanisasi Hingga Harga Diri

Alasan dehumanisasi, karena manusia disamakan dengan hewan penarik manusia, menjadi salah satu alasan utama. Barangkali gagasan itu juga berkelindan dengannpolituk etis. Alasan lain adalah soal kesehatan koeli penarik rikshaw. Sepanjang hari berlari-lari selama kurang lebih 8 jam, di bawah terik matahari atau kadang diguyur hujan, membuat angka harapan hidup koeli rikahaw, setengah di bawah umur rata-rata orang umumnya.

Bahkan disinyalir untuk membuat kuat daya semangat, koeli rikshaw diduga mengonsumsi opium, yang saat itu merupakan komoditi sah, meski diperjualbelikan secara ketat. Bagi para pemimpin golongan masyarakat Tiionghoa sendiri, keberadaan koeli rikshaw juga dipandang telah menampar harga diri mereka sebagai bangsa Tionghoa.

Struktur masyarakat Hindia Belanda yang dibagi berdasarkan ras, menempatkan golongan Eropa berada di lapisan pertama, termasuk Jepang, disusul di lapisan kedua masyarakat Timur Asing, (Tionghoa, Arab, India) dan lapisan ketiga, masyarakat pribumi. Saat itu sistem hukum memungkinkan orang Tionghoa, biasanya seorang tokoh, kaya, bisa berjuang untuk masuk ke lapisan atas. Tentu keberadaan becak hongkong bagi orang-orang Tionghoa kaya yang tengah menaikkan golongannya, menjadi sangat sensitif.

Namun di balik perjuangan menghapuskan becak hongkong, sebenarnya berkelindan juga kepentingan ekonomi industri transportasi.

Pada tahun 1925 misalnya Sumatra Pos memuat berita tentang kesiapan sebuah pabrik di Jerman memproduksi becak beroda tiga sebagai pengganti rikshaw. "Tidak diragukan lagi ada masa depan dalam merancang kendaraan kecil untuk daerah tropis yang ringan, mudah dan murah seperti hong kong, tetapi tidak perlu ditarik oleh seorang pria. Waktunya tidak lama lagi ketika kereta yang didorong oleh seorang pria berjalan akan menghilang dari panggung dunia....Kemudian orang akan menemukan di semua kota besar di Hindia. dimana rikshaw saat ini dilarang, dan mereka dapat mengimpor alat transportasi ringan ini."

Becak Terus Mendayung Sejarah Sendiri

Bahkan jauh sebelumnya, sebuah tulisan di surat kabar ini juga mengusulkan tentang perlunya kota Medan memiliki taksi mobil seperti di Singapura setelah rikshaw dilarang. Berbagai hitungan ekonomi dibuat jika taksi mobil betoperasi di Medan.Tahun 1900-an iklan sepeda, mobil juga mukai bermunculan di surat kabar Deli Courant dan Sumatra Post.

Namun meski teknologi transportasi terus berkembang, setelah diperkenalkan becak dayung, dan becak dayung tersingkir karena diceburkan ke laut, dan lagi-lagi atas nama kemanusiaan dan kemacetan lalu lintas kota, becak tak lantas hilang di kota-kota Sumatera. Becak motor kini telah menggantikan becak dayung.

Sejarah becak memang unik, hingga abad ke-21, ia tetap mampu bertahan, dan tentu industri transportasi punya kontribusi untuk ikut mengawetkan sejarah tersebut. Begitulah, sejarah becak adalah sejarah yang terus mendayung melintasi waktu. Bersambung..

(JA)

Baca Juga

Rekomendasi