Gotong royong siswa menghasilan kebun apotek hidup di sekolah (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Batubara - Dalam dunia anak, khususnya pada fase A (kelas I dan II SD) sejatinya adalah bermain, melompat, dan berlari ke sana-sini. Sering kali terjadi selisih paham antara kakak kelas dan adik kelas hanya karena sebuah permainan, bahkan dalam satu kelas juga bisa terjadi perselisihan.
Nah, melihat tingkah laku peserta didik tersebut sebagai pengayom, Hotma Wulansari Sitohang, Guru SDN 30 Pasar Lapan Batubara, yang juga guru imbas Program Pintar Tanoto Foundation, mengatakan, guru harus bisa menciptakan ide-ide positif untuk dapat membentuk karakter pelajar Pancasila, salah satunya adalah gotong royong.
“Gotong royong adalah suatu bentuk kerja sama antar individu ataupun kelompok untuk kepentingan bersama. Gotong royong juga merupakan pengamalan Sila ke-5, yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”,” kata Wulan, Sabtu (29/10).
Wulan berpandangan, dalam melahirkan ide-ide cemerlang itu juga harus mengandung unsur MIKiR, sesuai dengan anjuran saat pelatihan dalam Program Tanoto Foundation, di mana peserta didik terlibat langsung dalam melakukan pembelajaran.
“Dalam hal ini, munculah ide di benak saya untuk gotong royong fase A dalam membuat kebun apotek hidup di pekarangan sekolah. Selain dapat menciptakan kerukunan antarkelas, gotong royong juga bertujuan untuk memperkenalkan kepada peserta didik tentang tanaman yang tergolong ke dalam apotek hidup, serta mengajarkan kepada peserta didik makna yang terkandung dalam gotong royong,” sebutnya.
Awalnya Wulan meminta persetujuan kepala sekolah dengan memanfaatkan pekarangan yang terbilang sempit untuk dijadikan kebun apotek hidup. Kepala Sekolah, Sugiatik, menyetujui rancangan pembelajaran ini.
Kemudian, lanjutnya, mengajak guru Kelas IB, Nurasiah, dan guru Kelas II, Nurlinda Sari, untuk berkolaborasi agar kegiatan berjalan lancar dan lebih bermakna. Langkah awal yang dilakukan adalah mengumumkan melalui WhatsAppp Grup Kelas I bahwa peserta didik melakukan pembibitan (seminggu sebelum kegiatan gotong royong) tanaman apotek hidup di rumah dengan dampingan orang tua.
“Saya sampaikan kepada orang tua siswa bahwa kelancaran proses belajar mengajar juga karena dukungan atau keterlibatan peran orang tua. Jadi, bahan-bahan yang dibawa peserta didik adalah tanah humus, tanaman apotek hidup, dan botol bekas,” ucapnya.
Kemudian, Wulan menyampaikan kepada peserta didik tujuan dan manfaat gotong royong. Masing-masing peserta didik membawa bahan-bahannya ke area pekarangan sekolah yang akan dijadikan kebun apotek hidup.
“Bu, bu, ini tanahnya bu,” ucap Mutiara, siswa Kelas IA. Lalu salah satu murid Kelas IB, mengatakan, “Bu, ini tanaman saya, bu. Kata mama, ini jahe merah, bu.”
Guru-guru mulai mencangkul tanah berbentuk persegi panjang yang kemudian dibuat pagarnya dengan menggunakan botol bekas yang telah diisi pasir agar lebih kokoh. Peserta didik Kelas I dan II terlihat bekerja sama membuat pagar kebun.
Sebagian mengambil pasir untuk menimbun sebagian botol bekas tersebut. Kemudian sebagian lagi menaburkan tanah humus. Semuanya saling bekerja sama dan mengingatkan. Seperti Kinara contohnya, “Nizam, jangan di situ buang sampahnya, buang di tempat sampah kata bu guru.”
Dalam kegiatan ini beberapa orang tua murid juga turut berpartisipasi untuk bergotong royong. Mulai peserta didik menanamkan tanaman yang dibawanya, “Yang daunnya seperti ini apa namanya bu?” tanya Reva, siswa Kelas IA.
“Oh itu kunyit namanya,” jawab Wulan. Selanjutnya Wulan mulai menyebutkan nama-nama tanaman yang mereka bawa, ada kunyit, lengkuas, jahe biasa, jahe merah, kencur, temulawak, dan lain sebagainya.
Setelah semuanya selesai, Wulan memberikan pengaraham lagi kepada peserta didik untuk merawat dan memperhatikan kebun setiap hari. “Anak-anak, gotong royong sudah selesai, tapi kebunnya jangan lupa disiram dan dibersihkan, ya, supaya tanamannya bisa berkembang dan bisa kita manfaatkan,” pesannya kepada para siswa.
Kemudian Wulan memberikan pertanyaan pemantik, “Apa saja kegiatan gotong royong itu?” “Itu bu, membersihkan parit dekat rumahku bersama-sama,” jawab seorang siswa bernama Gibran.
“Kalau misalnya tadi membuat kebun ini hanya ibu saja, kira-kira kapan selesainya ya?” tanya Wulan. “Lama bu selesainya,” jawab Salsa. Kemudian Devi menambahkan, “Kalau ibu sendiri yang ngerjakan capek lah ibu.”
Kegiatan tersebut diunggah Wulan di media sosialnya. Kepala sekolah yang tadinya tidak hadir dikarenakan ada rapat, turut memberikan komentarnya, “Di-cat pagarnya biar makin bagus, nanti cat-nya ibu belikan,” ucapnya.
Lalu Wulan mengikuti zoom meeting bersama fasilitator sekolah penggerak, yaitu Henny Syapitiri. Wulan menyampaikan kegiatan yang dilakukan, dan Henny turut memberikan komentarnya, “Kebun apotek hidup yang ibu buat bisa dijadikan projek belajar untuk semester ini, karena terlihat produk yang dihasilkan, sehingga berkembang dan bisa dimanfaatkan hasilnya.”
“Dengan komentar-komentar yang membangun, membuat saya lebih bersemangat lagi untuk terus menerapkan program-program Tanoto Foundation, sehingga mewujudkan merdeka mengajar dan menanamkan karakter peserta didik sesuai dengan profil pelajar Pancasila,” Wulan menandaskan.
(RZD)