Bukan K-Pop Tapi "Q-Pop", Revolusi Korea Pop Peru di Quechua

Bukan K-Pop Tapi
Lenin Tamayo memasuki kancah musik Peru dengan genre baru yang menyerupai musik pop Korea Selatan yakni Q-Pop (REUTERS/Angela Ponce)

Analisadaily.com, Lima - Lenin Tamayo, yang diambil dari nama pemimpin Revolusi Rusia, memasuki kancah musik Peru dengan genre baru yang menyerupai musik pop Korea Selatan tetapi dengan lagu-lagu dalam bahasa Quechua, bahasa suku Inca.

Tamayo tumbuh besar menggunakan bahasa Quechua di rumahnya di ibu kota Lima, dan telah menerima setidaknya 4 juta hati virtual di Tik Tok sebagai tanggapan atas lagu-lagunya yang memadukan irama Korea dengan cerita rakyat Andes.

Namun musisi berusia 23 tahun ini kurang peduli dengan metrik media sosial. Sebaliknya, ia berupaya untuk mengatasi diskriminasi melalui musik dan memberikan perhatian pada pentingnya masa lalu leluhur negara Amerika Selatan tersebut.

“Musik saya harus merangkul asal usul saya dengan kuat,” katanya, melansir Reuters, Jumat (25/8/2023) menjelang konser di distrik utara Lima.

Menurutnya suara paling primordial di Andes adalah suaranya, dan suara tersebut sejalan dengan bahasanya.

“Quechua adalah hal yang akan mendefinisikan saya dan suara saya,” tegas Tamayo.

Quechua adalah bahasa asli yang paling banyak digunakan di Amerika Selatan, digunakan oleh sekitar 10 juta orang, mulai dari Kolombia dan Peru di utara, hingga Argentina dan Chili di ujung selatan. Bahasa ini juga digunakan di Bolivia, Ekuador, dan Brasil.

Adalah sekolah, dimana Tamayo pertama kali mendengarkan musik pop Korea, yang dikenal sebagai K-pop dan mulai mendapat perhatian internasional sekitar satu dekade lalu melalui supergrup BTS.

Budaya Korea kontemporer menjadi cara bagi Tamayo untuk mendapatkan teman-teman yang berpikiran sama dan menghadapi perundungan yang menurutnya ia hadapi karena penampilan aslinya.

“Saya melihat sekelompok gadis muda yang sedang mendengarkan K-pop dan menonton Kdrama (drama TV Korea) dan menurut saya dalam situasi itulah saya menjadi lebih dekat dengan budaya Korea, caranya dengan mencoba berteman,” katanya.

Hasilnya adalah campuran musik abad ke-21 yang oleh internet dijuluki "Q-Pop".

Setiap lagu dari album debutnya yang dirilis pada 10 Agustus 2023 lalu didasarkan pada mitologi Inca: Kay Pacha (dunia orang hidup), Uku Pacha (dunia orang mati) dan Hanan Pacha (kerajaan selestial). Di atas panggung ia menari seperti pemain Korea, diiringi suara tongkat hujan, panpipes, dan kecapi tradisional dataran tinggi Peru.

Di luar venue di Lima, para penggemar yang bersemangat berkumpul untuk mengambil foto selfie bersamanya.

“(Ini) membantu meningkatkan kesadaran di antara seluruh masyarakat kami, semua generasi baru dan juga generasi tua, yang merupakan bagian dari Peru,” aku salah satu penonton konser, Gabriel Castro.

(DEL)

Baca Juga

Rekomendasi