Dua Orang Tewas Dalam Aksi di Hari Kemerdekaan Afghanistan

Dua Orang Tewas Dalam Aksi di Hari Kemerdekaan Afghanistan
Warga Afghanistan melakukan aksi protes sambil membawa bendera kebangsaan dalam peringatan hari kemerdekaan (Reuters)

Analisadaily.com, Kabul - Aksi protes pasca pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban terus berlanjut dan semakin menyebar ke banyak wilayah di Afghanistan.

Saat masyarakat menyampaikan aksi protesnya, kelompok bersenjata Taliban justru meminta para imam untuk mengampanyekan persatuan pada salat Jumat.

Sementara akibat aksi yang berlangsung pada peringatan Hari Kemerdekaan Afghanistan, Kamis (19/8), dua orang dilaporkan meninggal dunia. Pasukan Taliban menembaki kerumunan massa di Asadabad, Provinsi Timur Kunar.

"Ratusan orang turun ke jalan. Awalnya saya takut dan tidak mau pergi, tetapi ketika saya melihat salah satu tetangga saya bergabung, saya mengeluarkan bendera yang saya miliki di rumah," kata seorang warga, Mohammed Salim, dilansir dari Al Jazeera, Jumat (20/8).

"Beberapa orang tewas dan terluka dalam penyerbuan dan penembakan oleh Taliban," sambungnya.

Sementara di Kabul, kerumunan lelaki dan perempuan berteriak, "Bendera kami, identitas kami" sambil mengibarkan bendera nasional merah dan hijau pada hari kemerdekaan yang diperingati setiap tanggal 19 Agustus.

Para pengunjuk rasa meneriakkan "Tuhan adalah yang terbesar". Pada aksi protes di tempat lain, dilaporkan orang-orang merobek bendera putih Taliban.

"Taliban menembak orang-orang. Ada tembakan senjata berat selama sekitar satu menit berturut-turut," kata reporter Al Jazeera, Charlotte Bellis.

Menurutnya ada sejumlah warga yang berusaha mendaki bukit untuk mengibarkan bendera Afganistan, namun mereka didorong mundur dengan rentetan tembakan senjata berat.

"Saya bisa melihat debu menyembur dari bukit dan mereka bergegas kembali menuruni bukit," ujar Bellis.

"Ada perlawanan semacam ini di mana banyak orang kesal karena bendera republik diturunkan di banyak tempat dan sebagai gantinya bendera Taliban dikibarkan," ungkapnya.

Taliban terus mendesak persatuan sebelum salat Jumat dan meminta semua imam di Kabul maupun provinsi-provinsi lain untuk membujuk masyarakat agar tidak meninggalkan negaranya.

Sejak merebut Kabul pada hari Minggu lalu, Taliban telah menampilkan wajah yang lebih moderat, mengatakan mereka menginginkan perdamaian, tidak akan membalas dendam terhadap musuh lama dan akan menghormati hak-hak perempuan dalam kerangka hukum Islam.

Padahal ketika berkuasa dari tahun 1996 hingga 2001, Taliban sangat membatasi hak-hak perempuan, melakukan eksekusi di depan umum dan meledakkan patung-patung Buddha kuno.

Aksi protes juga berkobar di Kota Jalalabad dan sebuah distrik di Provinsi Paktia, keduanya berada di wilayah timur Afghanistan.

(EAL)

Baca Juga

Rekomendasi