“Kalangan perantau, biasanya selalu mengarahkan pelajar agar melanjutkan pendidikan SMA ke SMAN 1 Sidikalang. Kenapa? Karena mutu dianggap baik,” ujar Silas.

Salah satu parameter kualitas adalah perolehan kursi ke perguruan tinggi negeri (PTN). Silas menyebut, sejak dulu, jebolan SMAN 1 Sidikalang menorehkan prestasi membanggakan dalam setiap seleksi ke PTN baik undangan atau sekarang disebut SNBP maupun tes tertulis.

“Setiap tahun, siswa memenangkan kursi di kampus idola di Pulau Jawa. Tak terhitung berapa banyak menang di UI, ITB, IPB, Undip dan lainnya. Dan, secara umum, mampu menyelesaikan kuliah dengan mantap. Itu membuat SMAN 1 Sidikalang ini memiliki ‘indeks sekolah’ yang baik,” kata Silas.

Begitu juga sesama orang tua di tingkat lokal, berupaya agar si buah hati meneruskan jenjang SMP ke sini, kata Silas. Pun demikian, tidaklah mudah memperoleh kursi. Kuota terbatas sesuai regulasi pemerintah.

Silas menyebut, alumni sekolah ini sudah banyak meraih sukses baik di pemerintahan maupun perusahaan.

“Banyak alumni kami duduk di kementerian dan perusahaan besar. Bupati, Vickner Sinaga juga lulusan SMAN 1 Sidikalang, dulunya disebut SMA 225,” ungkap Silas.

Namun, ada kelemahan. Solidaritas para alumni relatif minim. Ikatan alumni tidak begitu kokoh.

“Pernah ada gagasan untuk membentuk organisasi, tetapi tidak lanjut. Dia merindukan, suatu waktu digelar reuni akbar sekaligus memotivasi generasi muda. Pelajar pasti bangga bila melihat langsung kalangan senior berbicara di depannya.

Dipaparkan, secara nasional, sekolah ini menempati peringkat 700.

“SMAN 1 Sidikalang menempati posisi ke 700 dari seluruh SMA di Indonesia,” kata Silas.

Untuk lingkup Sumut, lembaga itu menempati posisi ke 17 berdasarkan hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).

“Kami terus berusaha meningkatkan mutu,” kata Silas.

(SSR/RZD)