Tim Ekspedisi Sungai Nusantara Temukan Sungai Deli di Medan Tercemar Mikroplastik

Tim Ekspedisi Sungai Nusantara Temukan Sungai Deli di Medan Tercemar Mikroplastik
Tim Ekspedisi Sungai Nusantara mengambil sampel air Sungai Deli di Medan (Analisadaily/Reza Perdana)

Analisadaily.com, Medan - Tim Ekspedisi Sungai Nusantara menemukan Sungai Deli di Kota Medan tercemar mikroplastik. Temuan ini hasil penelitian kolaborasi dengan Yayasan Leuser Lestari (YLL), Telapak Badan teritori Sumut, dan Sangkala.

“Hasil penelitian tu kita temukan saat melakukan ekspedisi Sungai Deli dimulai dari Taman Mercy di Deli Tua hingga Jembatan Belawan,” kata Tim Ekspedisi Sungai Nusantara, Prigi Arisandi, Kamis (24/6).

Ditemukan kontaminasi mikroplastik rata-rata 233 partikel per 100 Liter dari penelitian tersebut. Prigi menuturkan, salah satu sumber mikroplastik adalah 388 pohon terlilit sampah plastik dan 232 timbulan sampah ilegal di tepi Sungai Deli.

“Tempat sampah dan pelayanan sampah yang minim oleh Pemerintah Kota Medan, mendorong masyarakat membuang sampah ke Sungai Deli,” ujarnya.

Ancaman mikroplastik di Sungai Deli sangat berpengaruh pada kesehatan peduduk di Kota Medan, karena air Sungai Deli dimanfaatkan sebagai bahan baku Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi (PDAM). Mikroplastik adalah senyawa penganggu hormon yang telah ditemukan dalam darah dan lambung manusia.

“Terkait temuan ini, kita mendorong agar Pemko Medan meningkatkan layanan pengelolaan sampah dengan membangun sarana tempat pengolahan sampah di setiap kelurahan di tepi Sungai Deli,” terang Prigi.

Pengambilan sampel air Sungai Deli dilakukan pada Senin, 21 Juni hingga Rabu, 23 Juni 2022 di 5 lokasi yang mewakili hulu, tengah, dan hilir. Di bagian hulu, sampel air diambil di wilayah Taman Mercy Deli Tua, Deliserdang.

Bagian hilir diambil di jembatan Belawan, dan wilayah tengah dengan kondisi padat pemukiman diambil sampel air di wilayah Jembatan Panitera Tanjung Mulia, Gang Cimacan, Jalan Karya, Kelurahan Karang Berombak, dan Taman Beringin, Kecamatan Medan Polonia.

“Data yang diolah meliputi wilayah Jembatan Panitera dan Karang Berombak dengan metode rapid menunjukkan rata-rata kontaminasi mikroplastik 233 partikel per 100 Liter,” sebut Prigi.

Sampel diuji dengan cara cepat dan melihat fisik partikel. Selanjutnya sampel akan dikirim ke laboratorium mikroplastik di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, untuk mengetahui hasil lebih detail. Karena akan melalui proses kimia, yaitu memisahkan material plastik dengan material organik.

“Dengan metode kimia akan didapatkan jumlah partikel yang lebih banyak,” ujarnya.

Ancaman Kesehatan Manusia

Prigi menuturkan, mikroplastik merupakan serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari hasil fragmentasi atau terpecahnya plastik-plastik ukuran besar, seperti tas kresek, sedotan, sachet, popok, dan bungkus plastik atau peralatan terbuat dari plastik yang menjadi sampah dan terbuang di media air atau media lingkungan lainnya.

Proses pecahnya plastik ukuran besar menjadi ukuran kecil disebabkan radiasi sinar matahari, pengaruh fisik gerakan atau arus air. Mikroplastik masuk kategori senyawa penganggu hormon, karena dalam proses pembuatan plastik ada banyak bahan kimia sintetis tambahan dan sifat mikroplastik yang hidrofob atau mudah mengikat polutan dalam air.

“Mikroplastik yang masuk dalam air akan mengikat polutan di air seperti logam berat, pestisida, deterjen, dan bakteri patogen. Jika mikroplastik tertelan manusia melalui ikan, kerang dan air, maka bahan polutan beracun akan berpindah ke tubuh manusia dan menyebabkan gangguan hormon,” paparnya.

Proses Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air Sungai Deli dilakukan menggunakan LST 1.0, jaring yang diikatkan pada tabung stainless steel dengan ukuran mesh 350 atau dalam satu inci terdapat 350 benang, sehingga terlihat seperti kain. Alat LST 1.0 mampu menyaring partikel-pertikel kecil di atas 10 mikron atau 0,01 mm, sehingga ukuran mikroplastik sebesar 5 mm dipastikan akan tersangkut dalam jaring mesh 350.

Air sampel diambil dengan menggunakan ember stainless steel untuk menghindari kontaminasi bahan plastik, dan sebanyak 50 liter air diambil pada satu lokasi yang mewakili kondisi lingkungan sekitar.

“Partikel-partikel yang terjaring dalam LST 1.0 kemudian diamati dengan mikroskop portable, dengan pembesaran 40-400 kali. Metode yang digunakan adalah rapid test atau metode pengamatan cepat. Mikroplastik yang teramati di Sungai Deli adalah jenih fiber atau benang, filament atau lembaran, dan fragmen atau cuilan plastik,” Prigi menuturkan.

Koordinator Telapak Sumut, Hafifuddin Arief menambahkan, ekspedisi Sungai Deli pada segmen Kantor Wali Kota Medan hingga Jembatan Panitera Tanjung Mulia sejauh 6,5 Km menemukan sekitar 388 pohon yang terlilit sampah plastik dan 232 timbulan sampah liar.

Plastik-plastik yang tersangkut di pohon berasal dari sampah-sampah plastik yang dibuang di tepi sungai dan terhanyut saat debit air tinggi, dan terlilit di pohon loah (ficus racemose) dan pohon bambu di tepi sungai. Ketika air surut, sampah plastik berada di dahan tinggi dan tersangkut.

“Nah, sampah plastik yang tersangkut di atas pohon akan terpapar matahari dan mempercepat proses hancurnya plastik menjadi mikroplastik,” tandasnya.

(RZD/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi