Buku Vs Gadget

Oleh: Rindhira Humairah.

Dengan membaca wawasan dan pe­nge­­tahuan kita akan ber­tambah. Hal itu benar. Buktinya, banyak orang yang bereso­lusi di tahun 2017 membaca buku sebanyak-banyaknya. Untuk seba­gian orang, membaca sangat mem­bo­sankan, bahkan ada juga yang berpen­da­pat bahwa membaca itu pemicu rasa kan­tuk. Namun, untuk orang yang hobi mem­baca (kutu buku), mem­baca adalah surga mereka. Mereka bisa menghabiskan wak­tu berjam-jam dengan membolak balik lem­bar kertas di bu­ku itu seperti diha­dap­kan dengan makanan lezat. Memang kutu buku identik dengan hobi membaca, berkacamata tebal, memiliki dandanan yang khas dan terkesan kurang pergaulan. Padahal realitanya banyak kutu buku yang tampil keren, se­mantap otak dan wawasan mereka.

Sangat disayangkan pada zaman sekarang ini, minat mem­baca masyarakat menurun. Terlebih minat baca di Indo­ne­sia sendiri. Berdasarkan studi Most Lit­tered Nation In the World 2016 minat baca di Indonesia menduduki keperingkat 60 dari 61 negara. Miris bukan? Hal tersebut diungkapkan oleh Sur­bekti Makdriani, Pustakawan Utama Perpus RI saat menja­di pembicara Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Pro­vinsi dan Kabu­pa­ten/kota tahun 2017, di Pendopo ka­bu­paten Kendal, Senin (15/05/2017). Sur­bekti mengungkapkan ren­dahnya minat baca disebabkan beberapa faktor satu di antara­nya penggunaan internet yang saat ini sudah menjadi kebu­tuhan. Banyaknya masyarakat sekarang yang terlalu sibuk dengan gadgetnya, berselancar di media sosial. Menggunakan gadget untuk bercakap-cakap dan memu­takhir­kan status di media sosial dari pada mem­baca buku. Menghabiskan waktu un­tuk hal yang tidak berfaedah.

Tidak bisa dipungkiri, alat praktis yang berbau teknologi ini membius orang-orang ha­rus memilikinya dikarenakan sim­­pel, ri­ngan, berukuran mini dan prak­tis. Indone­sia sebagai ne­gara konsum­si terlebih pada teknologi terlihat sangat meng­­agungkan gadget sebagai teman yang menguntung­kan untuk berinteraksi di dunia maya. Ingin mencari definisi, in­formasi bahkan referen­si, orang-orang de­ngan gampang saja meng­­gu­na­kan gadget pri­badi. Lebih me­mu­dahkan dan lebih meng­efisienkan waktu. Tapi di sisi lain gadget bukan hanya mem­bawa dampak po­sitif melainkan dam­pak negatif. Me­mang sangat memudahkan jika digunakan dalam mengakses infor­masi, lain halnya bila mencari definisi dan referensi. Bisa dili­hat di kalangan mahasis­wa ataupun pelajar, dikarenakan se­makin mudahnya mengakses internet mereka dapat dengan cepat mencari definisi ataupun referensi sesuai kebutuhan dari berbagai sumber yang disediakan oleh mesin pencari oto­matis (googling). Namun, sumber yang banyak ditemukan justru akan memper­su­lit mengingatnya satu persatu. Banyak yang pada akhirnya membingung­kan untuk dipilih mana yang penting dari yang ter­penting. Sedikit kesempatan membaca pada akhirnya membuat mudah lupa. Efektif dan efisienkah itu?

Secanggih-canggihnya gadget pasti kita tetap membutuhkan buku. Memang buku juga memiliki banyak kekurangan. Se­­bagian orang berpendapat bahwa buku itu terkesan ketinggalan zaman dan tidak prak­tis. Belum lagi dengan tebal yang sam­pai beratus halaman membuat orang enggan membacanya. Pada­hal dengan membaca buku akan memberikan manfaat banyak bagi perubahan diri. Sedikit banyaknya, pasti ada beberapa pertanyaan dalam sebuah buku yang secara tidak langsung sudah membentuk pola pikir baru. Membaca buku akan melatih logika berfikir. Dalam hal ini, pembaca tidak langsung disuguhkan opini dari penulis, namun ada banyak penjelasan yang dikemukakan penulis dalam buku tersebut untuk di­pahami agar si pembaca bisa menyimpulkan opininya sendiri. Sebagai generasi muda yang membutuhkan infor­masi seba­nyak mungkin. Kita harus bijak dalam menggunakan gadget, bagaimana pun juga gadget tidak akan bisa meng­ge­ser keberadaan buku. Menggunakan gad­get boleh-boleh saja,tapi gunakanlah un­tuk hal yang positif. Atau kita bisa meng­ko­labo­rasikan antara gadget dan buku. Ketika kita membaca buku dan menemu­kan beberapa istilah yang tidak kita ketahui, maka gunakanlah gadget untuk mencari arti istilah tersebut, ambillah manfaat dari kedua benda tersebut untuk menambah wawasan sebanyak mungkin. Seperti yang sudah dipaparkan diatas, gunakanlah gadget untuk hal-hal yang positif. Seiring ber­kembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, membaca bukan hanya melalui buku saja melainkan bisa dilakukan lewat gadget. Dengan e-book atau dengan aplikasi lain. Seperti Per­pustakaan Nasional yang sudah merilis aplikasi iPusnas. Apa itu iPusnas? Ini adal­ah aplikasi perpustakaan digital berbasis perangkat mobile atau bisa disebut dengan e-mobile library. Sebab dibentuknya apli­kasi ini dikarenakan tingginya kepe­milikan gadget dan penggunaan internet di Indonesia. Menurut survey We Are So­cial, kepemilikan gadget di Indonesia ter­catat dari 259,1 juta penduduk terdapat 326,3 juta unit gadget yang dimiliki. Begitu juga dengan pemakaian internet di In­donesia yang cukup tinggi, yakni 88,1 juta dari total 259,1 juta jumlah penduduk. Yang tak kalah mencengangkan, penggu­naan akun media sosial di Indonesia menduduki peringkat dua dunia, yaitu 79 juta pendu­duk Indonesia memiliki akun media sosial. Melihat fenomena tersebut, Perpus­ta­kaan Nasional meman­faat­kan peluang ting­ginya penggunaan gadget dan internet untuk meningkatkan minat membaca. iPusnas menjembatani pening­ka­tan minat membaca melalui peman­faa­tan teknologi in­formasi. Jadi, kalau sekarang orang lebih suka mengguna­kan gadget, disediakan bacaan lewat gadget.

Minat baca pada diri seseorang hanya tumbuh dari kemauan diri sendiri. Mem­baca tidak dapat dipaksakan, sebab mem­baca bukan hanya sekedar melihat dan me­ngucapkan kata-kata yang ada pada buku atau media lain. Membaca adalah proses transfer ilmu yang di dalamnya dibutuh­kan kemampuan memahami se­tiap kata atau kalimat yang ada di buku atau media lainnya. Semakin banyak yang dibaca maka semakin banyak yang kita tahu. Mem­baca buku itu seru. Bahkan dengan mem­baca kita bisa menambah perben­da­haraan kata dan kemungkinan besar kita bisa mengembangkan kemampuan menu­lis. Selain itu dengan kita banyak baca buku, kita bisa lebih mudah berbicara di de­pan umum. adanya sedikit kemauan un­tuk membaca buku dalam diri anda berarti ada juga celah didiri kita untuk berwa­wa­san luas. Walau kecil tapi itu bisa me­ngu­bah pola pikir serta konsep hidup.

Mulai dari buku yang ringan

Banyak yang berpendapat, dengan mem­baca buku bertema ringan dapat mem­berikan pengalaman membaca yang meng­asyik­kan. Misalnya, dunia fantasi, kisah misteri atau drama yang menyentuh hati. Memilih buku bertema berat hanya mem­beri­kan sedikit kenyamanan dan lebih sulit fo­kus pada apa yang kita baca. Jika sudah mulai terbiasa membaca buku bertema ri­ngan, mulailah merubah jenis buku bacaan.

Selalu letakkan buku didekat anda

Selalu letakkan setumpuk buku di dekat anda, bisa jadi pengingat untuk lebih banyak membaca. Misalnya, buat rak kecil yang menarik dikamar anda khusus untuk tempat buku-buku yang akan anda baca.

Koleksi buku dari penulis favorit anda

Dengan mengoleksi buku dari penulis fa­­vorit, pasti timbul rasa kemauan untuk mem­baca buku tersebut. Hal ini bisa di­jadikan motivasi untuk terus membaca.

Jika orang mengatakan buku adalah jendela dunia maka mem­baca adalah cara kita untuk membuka jendela itu. Buku akan lebih mendekatkan kita pada kebenar­an yang menambah kemampuan untuk lebih memahami dunia. Mulailah untuk mem­baca buku walau itu sulit untuk dila­kukan. Jika memang benar-benar ingin membaca, paksakanlah. Karena buku dan wawasan yang kita punya adalah investasi di masa depan.***

* Penulis adalah Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi UMN Al Washliyah Medan.

()

Baca Juga

Rekomendasi